Bank Muamalat
Perbankan

Imam Teguh Saptono Eks Bos BNI Syariah jadi Dirut Baru Bank Muamalat, Ini Profilnya

  • Pergantian kepemimpinan ini terjadi di tengah penurunan kinerja Bank Muamalat, di mana laba tercatat mengalami penurunan sebesar 83,68% secara tahunan (Year on Year/YoY), menjadi Rp8,54 miliar per September 2024.

Perbankan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk bakal memulai era baru setelah resmi menunjuk Imam Teguh Saptono sebagai Direktur Utama perseroan menggantikan Hery Syafril.  Pergantian kepemimipinan di perbankan syariah ini juga telah disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa perseroan pada Rabu, 12 Desember 2024. 

Perlu diketahui, pergantian kepemimpinan ini terjadi di tengah penurunan kinerja Bank Muamalat, di mana laba tercatat mengalami penurunan sebesar 83,68% secara tahunan (Year on Year/YoY), menjadi Rp8,54 miliar per September 2024. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana profil Imam Teguh Saptono?

Imam Teguh Saptono bukanlah sosok asing dalam industri keuangan syariah di Indonesia. Lahir di Jakarta pada 1969, Imam menyelesaikan studi sarjana, magister, dan doktoralnya di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1992, 1994, dan 2011. 

Sejak 1997, ia tercatat sebagai pengajar di Sekolah Bisnis IPB, serta pernah mengajar di Indonesian Banking School (IBS). Kariernya sebagai bankir dimulai pada 1996 di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

Imam kemudian memegang berbagai posisi strategis di bank plat merah tersebut, termasuk sebagai Business Managing Director PT Bank BNI Syariah pada 2012 hingga 2016. Ia kemudian diangkat sebagai Presiden Direktur BNI Syariah pada 2016, sebelum digantikan oleh Abdullah Firman Wibowo pada 2017. 

Selama masa kepemimpinannya, bank syariah milik negara ini mengalami pertumbuhan laba yang cukup signifikan. Laporan keuangan BNI Syariah per 31 Desember 2016 menunjukkan pertumbuhan positif, dengan laba mencapai Rp277,37 miliar, meningkat 21,38% dibandingkan Desember 2015 yang sebesar Rp228,52 miliar.

Sejak 2018, Imam menjabat sebagai Presiden Direktur PT Trihamas Syariah Finance dan juga menjabat sebagai Komisaris di PT Cipta Pilar Persada serta Komisaris Independen PT Rakamin Kolektif Madani sejak 2020 hingga sekarang.

Selain menunjuk Imam, dalam RUPSLB tersebut Bank Muamalat juga mengangkat Kukuh Rahardjo sebagai Direktur baru perseroan. Susunan pengurus baru ini akan efektif setelah penilaian kemampuan dan kepatutan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Di samping perubahan struktur kepengurusan, pemegang saham Bank Muamalat juga menyetujui rencana aksi pemulihan (recovery plan) sesuai dengan Peraturan OJK (POJK) No. 5/2024 tentang Penetapan Status Pengawasan dan Penanganan Permasalahan Bank Umum.

RUPSLB juga menyetujui dua mata acara lainnya, yaitu pengesahan asuransi purnajabatan untuk pengurus lama dan pengurus baru, serta perubahan anggaran dasar perseroan sesuai ketentuan baru OJK. 

“Bank Muamalat akan melanjutkan strategi business refocusing dengan fokus pada segmen ritel konsumer,” ujar Pelaksana Tugas (Plt.) Komisaris Utama Bank Muamalat, Andre Mirza Hartawan, dalam keterangan tertulis, Rabu, 11 Desember 2024. 

Sementara itu, terkait dengan penurunan kinerja Bank Muamalat pada sembilan bulan pertama, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang merupakan pemegang saham perbankan syariah itu, menyatakan bahwa penurunan ini merupakan sebuah anomali.

Kepala BPKH Fadlul Imansyah mengungkapkan bahwa penurunan kinerja Bank Muamalat kemungkinan disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam laporan keuangan 2023. "Ada kemungkinan laporan keuangan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan PSAK, sehingga kinerja yang tercatat terlihat menurun," ujar Fadlul dalam keterangan persnya.

Fadlul juga menambahkan bahwa hal ini menjadi salah satu alasan pergantian Direktur Utama pada Juni 2024, di mana Indra Falatehan digantikan oleh Hery Syafril. "Kalau sudah sesuai, ngapain (dirut) kita ganti?" tegas Fadlul.

Nah, dengan menunjuk Imam Teguh Saptono, mantan bos BNI Syariah, sebagai Direktur Utama. Fadlul berharap Imam dapat mengakselerasi bisnis, terutama di sektor ritel, yang menjadi kekuatan utama Bank Muamalat. "Ke depan kita prioritaskan yang benar-benar mengakar, yaitu ritel," tambah Fadlul.