logo
Webinar Market Outlook 2020 yang digelar PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Selasa, 7 Desember 2021.
Pasar Modal

Imbal Hasil Menarik, Pasar Obligasi RI Makin Cerah di 2022

  • Director & Chief Investment Office PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula menyebut beberapa alasan yang membuat pasar obligasi di dalam negeri akan tetap menarik bagi para investor.

Pasar Modal

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Pasar obligasi Indonesia diperkirakan masih akan kuat menghadapi perubahan sentimen global pada tahun 2022. Pasalnya, saat ini pasar obligasi di Tanah Air memberikan imbal hasil riil yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.

Director & Chief Investment Office PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula menyebut beberapa alasan yang membuat pasar obligasi di dalam negeri akan tetap menarik bagi para investor.

Di antaranya prospek pasokan yang terkendali dan permintaan domestik yang kuat, ditopang oleh laju pertumbuhan kredit yang masih relatif rendah serta imbal hasil obligasi yang menarik, sehingga dapat mendukung pergerakan obligasi Indonesia. 

“Faktor sentimen dan fundamental yang lebih kokoh berkontribusi pada stabilitas pergerakan pasar obligasi Indonesia, menjadi sarana diversifikasi portofolio yang baik,” tuturnya dalam webinar Market Outlook 2022 yang diselenggarakan Selasa, 7 Desember 2021.

Ezra menjelaskan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah berkomitmen untuk melakukan reformasi perpajakan dan melanjutkan skema burden sharing jilid III untuk pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2022. 

Menurutnya, kondisi ini menjaga ruang dan berkelanjutan fiskal dalam jangka menengah, terutama dalam menurunkan defisit anggaran menuju di bawah 3% Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2023. 

Di tengah kondisi fiskal yang lebih hati-hati, sinergi fiskal dan moneter dinilai sebagai hal yang positif berpotensi mengurangi tekanan terhadap peringkat kredit Indonesia. Ezra memperkirakan, imbal hasil obligasi pemerintah dengan durasi 10 tahun untuk 2022 akan berada pada level 6% - 6,25%.

Director & Chief Investment Officer MAMI, Katarina Setiawan memperkirakan terjadinya kenaikan inflasi pada 2022. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti momentum pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

Selain itu, kata dia, kemungkinan kenaikan administered prices pada bahan bakar minyak dan listrik, dampak kenaikan PPN, serta kenaikan harga bahan baku yang dibebankan ke konsumen sehingga menyebabkan kenaikan harga jual. 

Kendati demikian, Katarina menilai Indonesia lebih terinsulasi dari dampak kenaikan harga komoditas dibandingkan dengan negara lain. Sebab, Indonesia merupakan produsen besar dari berbagai komoditas. 

“Meskipun ada peningkatan, namun inflasi 2022 diperkirakan tetap relatif terkendali, dalam rentang 3 – 1 persen. Sehingga memberi ruang untuk BI agar tetap menerapkan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi,” jelas dia.