Imbas Larangan Ekspor CPO, Pangsa Pasar Indonesia dicaplok Malaysia?
- Sudah seminggu lebih Indonesia absen dari pasar CPO (Crude Palm Oil) global setelah pemerintah resmi melarang kegiatan ekspor produk bahan baku penghasil minyak goreng itu per 28 April 2022. Imbas diberlakukannya kebijakan larangan ekspor tersebut, Malaysia sebagai salah satu negara penghasil CPO tersbesar disinyalir telah mengambil alih pangsa pasar yang dimiliki Indonesia dipasar global.
Nasional
JAKARTA - Sudah seminggu lebih Indonesia absen dari pasar CPO (Crude Palm Oil) global setelah pemerintah resmi melarang kegiatan ekspor produk bahan baku penghasil minyak goreng itu per 28 April 2022.
Imbas diberlakukannya kebijakan larangan ekspor CPO, Malaysia sebagai salah satu negara penghasil tersbesar disinyalir telah mengambil alih pangsa pasar yang dimiliki Indonesia dipasar global.
"Dengan absennya Indonesia di pasar CPO Internasional pasca pelarangan ekspor, akhirnya Malaysia menjadi penguasa 84% total ekspor CPO," kata Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira kepada trenasia.com Senin, 9 Mei 2022.
- Maskapai Malaysia Ini Resmi Rebranding Jadi Batik Air
- Jasa Marga Buka Akses Keluar Tol Gedebage di KM 149 Ruas Tol Padaleunyi
- Bantu Masyarakat Terbebas dari Rentenir, Ini Kisah Sukses AgenBRILink Asal Lumajang
Adapun melansir dari laman trading economics, diperkirakan pengiriman CPO dari Malaysia akan terus meningkat seiring diberlakukannya larangan ekspor CPO oleh produsen utama dunia yakni Indonesia.
"Pengiriman dari produsen terbesar kedua di dunia (malaysia) diperkirakan akan meroket setelah produsen utama Indonsesia melarang ekspor untuk menstabilkan harga domestik," tulis keterangan di laman tradingeconomics.com Senin, 9 Mei 2022.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memiliki pandangan berbeda. Mamit menilai bahwa imbas dari larangan ekspor tidak berpengaruh besar terhadap pangsa pasar yang dimiliki Indonesia di pasar global.
"Saya kira tidak akan besar dampaknya, semua akan kembali normal ditengah kekurangan pasokan minyak nabati secara global. Jadi tidak perlu khawatir kehilangan pasar," terang Mamit kepada trenasai.com Senin, 9 Mei 2022.
- Tiket Kereta Api Arus Balik Masih Tersedia, Cek Tanggalnya!
- Kulik Laporan Keuangan: Otomotif Tak Lagi Sumber Cuan Terbesar Astra International
- Jaga Stabilitas Harga Saham dan Insentif Karyawan, Merdeka Cooper (MDKA) Siapkan Rp600 Miliar untuk Buyback
Mamit berpendapat bahwa Malaysia memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengambil alih pangsa pasar CPO global.
"Sampai saat ini juga masih ada kekurangan pasokan CPO dari Malaysia yang belum terpenuhi, mengingat disana juga produksi CPO masih belum optimal, dan isu tenaga kerja masih jadi kendala," lanjut Mamit.
Adapun menengok pergerakan harganya di pasar berjangka Malaysia, CPO tercatat terus melemah setelah berhasil menyentuh level tertingginya sejak 2 bulan terakhir seharga 7.220 ringgit Malaysia per ton pada 28 April 2022.
Saat ini, CPO di pasar global dibanderol sebesar 6.424 ringgit Malaysia dikutip Senin, 9 Mei 2022 pukul 11:30 WIB.
Lebih lanjut Mamit juga menilai bahwa keputusan yang diambil pemerintah dengan melarang ekspor komoditas bahan baku penghasil minyak goreng sudahlah tepat.
"Kebijakan ini saya kira sudah tepat dan membuktikan pemerintah hadir di masyarakat," kata Mamit.