<p>Suasana di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BRIS) Jakarta Hasanudin, Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Imbas Larangan Haji dan Umroh, Pendapatan Treasury Bank Syariah Indonesia Anjlok 68 Persen

  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami penurunan signifikan pendapatan treasury pada semester I-2021.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami penurunan signifikan pada pendapatan treasury pada semester I-2021. Pos pendapatan fee based income dari segmen treasury di BRIS merosot dari Rp145,4 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp45,5 miliar pada semester I-2021.

Direktur Keuangan dan Strategi BRIS Ade Cahyo Nugroho mengatakan penurunan itu diakibatkan oleh larangan ibadah haji dan umrah pada tahun ini. Apalagi, pos pendapatan treasury sangat berkaitan dengan transaksi forex mata uang Arab Saudi atau SAR.

“Penurunan pendapatan treasury sangar relevan dengan bisnis haji dan umrah yang tidak berjalan selama pandemi. Ketika pandemi berakhir, perseroan akan lebih agresif menggarap potensi fee based income dari transaksi forex terkait dengan mata uang SAR,” jelas Ade dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 15 September 2021.

Fee based income dari treasury memang tercatat mengalami tekanan terdalam. Hanya pendapatan segmen trade finance, SCF, & CMS serta pembiayaan sindikasi yang tekanannya paling mendekati treasury, yakni 39,05% yoy dan 30,61% yoy.

Walhasil, fee based income BRIS secara keseluruhan mengalami kontraksi 0,18% yoy dari Rp1.383 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp1.380,5 triliun pada semester I-2021.

Kendati demikian, margin dan bagi hasil bersih yang melesat 24,65% yoy membuat perseroan masih mencatatkan kinerja positif pada semester I-2021. Margin dan bagi hasil bersih BRIS merangkak naik dari Rp5,40 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp6,73 triliun pada semester I-2021.

Kondisi ini membuat laba bersih perseroan terbang 34,29% yoy menjadi Rp1,48 triliun dari sebelumnya Rp1,20 triliun. Dari segi intermediasi, BRIS mencatatkan pembiayaan sebesar Rp161,49 triliun pada semester I-2021 atau tumbuh 11,73% secara year to date (ytd).

Adapun penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di BRIS pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp216,38 triliun atau meroket 16,03% ytd. Sehingga, total aset perseroan ikut terdorong dari Rp239,63 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp247,30 triliun pada semester I-2021.

Profil risiko BRIS masih terjaga hingga semester I-2021. Hal ini ditunjukan dengan non performing financing (NPF) gross yang menyusut dari 3,23% pada semester I-2020 menjadi 3,11% pada semester I-2021.

Dari aspek permodalan, capital adequacy ratio (CAR) BRIS bertengger di level 22,58% pada semester I-2021 atau jauh menguat dibandingkan semester I-2020 yang hanya 18,96%. Sementara CAR tier 1 atau modal inti perseroan juga mengalami peningkatan dari 17,10% pada semester I-2020 menjadi 20,70% pada semester I-2021.