Tutuka Adji Dirjen Migas.png
Nasional

Imbas Perang Rusia-Ukraina, Kementerian ESDM 'Pede' RI Kuat Tahan Krisis Energi

  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)mengungkapkan, pemerintah menyadari konflik yang dialami Rusia dan Ukraina selama satu tahun ini turut menguncang dunia termasuk ketahanan energi di dalam negeri.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)mengungkapkan, pemerintah menyadari konflik yang dialami Rusia dan Ukraina selama satu tahun ini turut menguncang dunia termasuk ketahanan energi di dalam negeri.

Beruntungnya, ketahanan energi RI masuk kategori tahan, dengan skor 6,61. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (Sekjen DEN), Djoko Siswanto menyebutkan Indonesia termasuk dalam kategori yang cukup tahan di Indeks 6,61. 

Meski demikian, Indonesia harus berhati-hati pada ancaman krisis energi, situasi geopolitik, dan tahun politik yang dapat menyebabkan kelangkaan energi di Indonesia.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah menyiapkan strategi dalam pemenuhan energi nasional baik dalam jangka waktu pendek sampai dengan jangka panjang.

"Krisis ini tidak akan segera berakhir karena melebarnya konflik yang terjadi. Pemerintah perlu menyiapkan strategi tidak hanya jangka pendek tapi juga menengah dan panjang. Kami menyadari keperluan jangka menengah ini selain jangka pendek, terutama kita menyadari potensi akan sumber daya fosil energi di Indonesia," ungkap Tutuka dalam Energi Corner pada Senin, 27 Februari 2023.

Tutuka membeberkan bahwa akhir-akhir ini menggenjot penemuan potensi gas bumi yang besar berada di beberapa wilayah Indonesia termasuk Sumatera, Bali, Lombok, Selat Makassar, Maluku, dan Papua.

Dengan potensi sumber daya tersebut, diharapkan dapat menjadi strategi jangka menengah sekaligus akan menyelesaikan masalah yang ada imbas perang tersebut. Tak hanya itu, Tutuka menyebut negara Arab Saudi dan Nigeria sebagai negara tujuan impor terbesar untuk komoditas minyak mentah.

Sementara untuk BBM berasal dari negara Singapura dan Malaysia. Kemudian, LPG berasal dari Amerika Selatan dan Arab Saudi.

Tambahan informasi, ketahan energi diukur berdasarkan 4 (empat) aspek utama, yaitu availability (ketersediaan), accessibility (kemudahan), affordibility (jangkauan) dan acceptability (penerimaan). Selain itu, juga mempertimbangkan jenis energi yang digunakan publik, infrastruktur, tingkat pemanfaatan energi dan lingkungan hidup.

Dalam skala tersebut menunjukkan nilai 8 - 10 merupakan tingkat kondisi sangat tahan, nilai 6 - 7,99 tingkat kondisi tahan, nilai 4 - 5,99 kondisi kurang tahan. Sementara untuk rentan tahan berada di angka 2 - 3,99 dan sangat rentan di angka 0 - 1,99.