Bursa aset kripto Binance berhenti beroperasi di Malaysia. Foto: Binance.com
Tekno

Imbas Runtuhnya FTX, Binance Kuasai Pangsa Pasar Kripto pada Akhir 2022

  • Meski menguasai pangsa pasar kripto, volime perdagangan spot di Binance mengalami penurunan sebesar 45,3% menjadi US$5,29 triliun atau kisaran Rp82,6 kuadriliun

Tekno

Rizky C. Septania

CALIFORNIA - Binance menempati pasar dominan dalam bursa kripto pada akhir tahun 2022. Berdasar laporan CryptoCompare, pangsa pasar Binance naik sebesar kisaran 18%.

Peningkatan pangsa pasar ini menjadikan pangsa pasar Binance naik jadi 66,7% pada tiga bulan terakhir tahun 2022 dari sebelumnya 48,7%.

Meski menguasai pangsa pasar kripto, volime perdagangan spot di Binance mengalami penurunan sebesar 45,3% menjadi US$5,29 triliun atau kisaran Rp82,6 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).

Dalam laporan tersebut juga disebut bahwa Binance dan Bybit adalah satu-satunya bursa yang mengalami peningkatan pangsa pasar di setiap kuartal tahun 2022.

"Peningkatan ini dapat dikaitkan dengan konsolidasi dalam industri karena volume keseluruhan cenderung turun, dengan pertukaran bersaing untuk mengurangi volume," kata laporan itu seperti dikutip TrenAsia.com dari Insider Kamis, 5 Januari 2022.

Di tengah pasar kripto yang mengalami bearish berkepanjangan, volume perdagangan di bursa terpusat menurun 46,2% pada tahun 2022. Sedangkan volume lintas bursa terpusat, atau CEX, tetap jauh di atas bursa terdesentralisasi, atau DEX, menurut laporan itu.

“2022 terbukti menjadi tahun yang transformatif bagi industri aset digital. Peristiwa istimewa tahun ini menyoroti kekurangan industri dan memamerkan proposisi nilai yang diberikan aset digital kepada pelaku pasar dibandingkan dengan keuangan tradisional,” tulis laporan tersebut. 

Sebagaimana diketahui, industri kripto memang tampak terpukul di tengah inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Inilah yang kemudian membuat investor waspada terhadap taruhan spekulatif seperti kripto karena Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Tak sampai di situ, aset digital juga terhuyung-huyung sejak runtuhnya raksasa industri seperti stablecoin algoritmik TerraUSD, dana lindung nilai Three Arrows Capital, pemberi pinjaman terpusat Celcius, dan FTX Sam Bankman-Fried.

"Menyusul jatuhnya FTX, kesimpulan utama dari tahun 2022 adalah semakin pentingnya keamanan dan transparansi di sektor CEX pada tahun 2023," kata  laporan Cyptocompare.

"Kami berhipotesis bahwa pertukaran dengan kebijakan transparansi yang unggul, misalnya, merilis Proof of Reserves (PoR) yang jelas dan diaudit, akan berhasil, terutama di tahun yang kami yakini akan mempertahankan volume yang lebih rendah," tambah laporan tersebut.