IMF Kasih Jempol ke Bank Indonesia
JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) mengapresiasi kebijakan stimulus fiskal, moneter, pelonggaran kebijakan makro dan mikroprudensial, serta burden sharing Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah. Menukil keterangan resmi BI, Dewan Direktur IMF memandang bauran kebijakan tersebut dapat menopang pemulihan ekonomi. “BI menyambut baik hasil asesmen IMF terhadap perekonomian Indonesia tersebut, yang disampaikan dalam laporan Article IV Consultation tahun 2020 […]
Industri
JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) mengapresiasi kebijakan stimulus fiskal, moneter, pelonggaran kebijakan makro dan mikroprudensial, serta burden sharing Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah.
Menukil keterangan resmi BI, Dewan Direktur IMF memandang bauran kebijakan tersebut dapat menopang pemulihan ekonomi.
“BI menyambut baik hasil asesmen IMF terhadap perekonomian Indonesia tersebut, yang disampaikan dalam laporan Article IV Consultation tahun 2020 yang baru saja dirilis hari ini,” kata Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI, Rabu, 3 Maret 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Salah satu penerapan kebijakan moneter akomodatif adalah suku bunga rendah yang tetap memperhatikan tingkat inflasi. Selain itu, pembelian surat berharga negara (SBN) oleh BI.
Dalam laporannya, IMF memproyeksikan perbaikan ekonomi nasional akan berlanjut tahun ini. Namun, IMF mencermati potensi kerentanan di sektor perbankan dan korporasi non keuangan.
Kerentanan tersebut terkait kualitas aset ketika dilakukan normalisasi dukungan kebijakan, dan pengetatan kondisi keuangan global.
Selain itu, terdapat risiko perubahan iklim yang dapat kembali mengganggu perekonomian dan menambah beban fiskal.
Untuk itu, bank sentral bersama pemerintah memperkuat sinergi kebijakan melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman. Kemudian melanjutkan akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran.
Terakhir, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan.