<p>Salah satu jenis karpet/ Sumber: ianinterior.co.id</p>
Industri

Impor Karpet Bikin Rugi, KKPI Lakukan Investigasi

  • JAKARTA – Tren kenaikan volume impor karpet dan penutup lantai teksil membuat Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menginvestigasi pengamanan perdagangan (safeguards) yang berpotensi mengancam kerugian industri dalam negeri. Penyelidikan KKPI yang dimulai sejak 10 Juni 2020 ini berawal dari permohonan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang mewakili industri dalam negeri penghasil komoditas tersebut pada 5 […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Tren kenaikan volume impor karpet dan penutup lantai teksil membuat Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menginvestigasi pengamanan perdagangan (safeguards) yang berpotensi mengancam kerugian industri dalam negeri.

Penyelidikan KKPI yang dimulai sejak 10 Juni 2020 ini berawal dari permohonan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang mewakili industri dalam negeri penghasil komoditas tersebut pada 5 Juni 2020 lalu.

“Terdapat indikasi awal mengenai kerugian atau ancaman kerugian serius akibat lonjakan impor. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri pada 2017-2019,” kata Ketua KPPI Mardjoko, di Jakarta, Kamis, 11 Juni 2020.

Indikator yang dimaksud Madjoko, antara lain konsistennya penurunan keuntungan akibat volume produksi dan volume penjualan domestik yang melemah.

Faktor lainnya adalah meningkatnya volume persediaan akhir atau jumlah barang yang tidak terjual, menurunnya kapasitas terpakai, berkurangnya jumlah tenaga kerja, dan menurunnya pangsa pasar industri dalam negeri di pasar domestik.

“KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (interested parties) selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal pengumuman ini,” tambah Mardjoko.

Data Impor

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2017-2019 terjadi peningkatan volume impor karpet dan penutup lantai tekstil lainnya dengan tren sebesar 25,2%.

Dalam rincian BPS, volume impor pada 2017 sebesar 21.907 ton, kemudian naik 31,0% pada 2018 naik menjadi 28.706 ton, dan pada 2019 naik 19,7% menjadi sebesar 34.357 ton. Adapun, negara asal impor yang mendominasi pasar domestik tanah air di antaranya China, Turki, Korea Selatan, dan Jepang.

Selama tiga tahun tersebut, China merupakan negara dengan volume impor terbesar, dengan pangsa impor pada 2017 sebesar 50,2%, kemudian pada 2018 naik menjadi 56,1%, dan pada 2019 naik menjadi 63,4% dari total impor di Indonesia.