Matahari terbenam di balik cerobong asap kilang minyak Total Grandpuits, tenggara Paris (Reuters/Christian Hartmann)
Energi

Impor Minyak Lebih Besar dari Produksi, Apa Strategi Indonesia?

  • produksi minyak Indonesia itu 221 juta barel dalam setahun. Impor kita 297 juta barel, terdiri dari 129 juta barel dalam bentuk minyak mentah dan 168 juta barel dalam bentuk Bahan Bakar Minyak (BBM)

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA  - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, impor minyak Indonesia lebih besar daripada produksi. Indonesia mengimpor minyak 297 juta barel.

Bahlil menyebut dalam setahun yang terdiri dari 129 juta barel minyak mentah dan 168 juta barel dalam bentuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi BBM nasional tahun lalu mencapai sekitar 505 juta barel yang terbagi dalam beberapa sektor.

"Jadi produksi minyak Indonesia itu 221 juta barel dalam setahun. Impor kita 297 juta barel, terdiri dari 129 juta barel dalam bentuk minyak mentah dan 168 juta barel dalam bentuk Bahan Bakar Minyak (BBM)," katanya dalam keterangan resmi dilansir pada Senin, 9 September 2024.

Lebih lanjut kata Bahlil beberapa di antaranya adalah sektor transportasi yang mengonsumsi sebesar 248 juta barel atau 49%, disusul sektor industri sebesar 171 juta barel atau 34%, sektor ketenagalistrikan yang menyedot 38,5 juta barel atau 8%, serta sektor aviasi yang mengonsumsi BBM sebanyak 28,5 juta barel atau 6%.

Besarnya impor minyak untuk konsumsi berbagai sektor tersebut, menguras devisa negara pada tahun lalu mencapai di angka Rp396 triliun. Oleh karena itu, jelas Bahlil, pemerintah tengah menyusun strategi agar impor minyak tersebut bisa dikurangi.

Strategi Kementerian ESDM

Menteri ESDM menyiapkan strategi pertama adalah optimalisasi produksi (minyak bumi) dengan teknologi salah satunya dalam proyek Banyu Urip, dikerjakan oleh ExxonMobil.

Strategi kedua, adalah dengan melakukan reaktivasi sumur-sumur yang idle atau menganggur. Dari total 44.985 sumur yang ada di Indonesia, terdapat 16.990 sumur yang masuk pada kriteria idle well.

Namun demikian, tidak semua memiliki potensi untuk direaktivasi karena sesuatu dan lain hal, seperti tidak adanya potensi subsurface, keekonomian yang tidak terpenuhi karena high cost rectivation dan harga minyak mentah dunia pada saat itu, serta faktor HSE dan non teknikal lainnya.

Ketiga adalah dengan melakukan eksplorasi migas khususnya di wilayah Indonesia Timur. Menurutnya, wilayah tersebut memiliki potensi penemuan-penemuan cadangan baru sehingga pemerintah akan mendorong percepatan melalui skema kerja sama dan insentif yang lebih menarik.

Fokus area saat ini menyasar daerah-daerah wilayah timur ini. Bahlil menyebut, ada beberapa blok yang potensinya bagus, seperti di Seram, Buton, di Laut Aru-Arafura, Warim, dan Timor.