Lahan peternakan sapi milik FrieslandCampina.
Makroekonomi

Impor Susu Tembus Rp1,45 T, PR Program Susu Gratis Era Prabowo

  • Impor susu sapi di Indonesia mencatat peningkatan signifikan pada 2024. Nilai Impor mencapai Rp1,45 triliun atau sekitar US$94,49 juta selama delapan bulan pertama 2024. Jumlah tersebut naik 21,19% dibandingkan capaian bulan Juli 2024 yang nilainya sebesar Rp1,19 triliun.

Makroekonomi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor susu sapi di Indonesia mencatat peningkatan signifikan pada 2024. Nilai impor mencapai Rp1,45 triliun atau sekitar US$94,49 juta selama delapan bulan pertama 2024. 

Jumlah tersebut naik 21,19% dibandingkan capaian bulan Juli 2024 yang nilainya sebesar Rp1,19 triliun atau sekitar US$77,97 juta. Secara tahunan, impor susu juga meningkat 21,12%, dari Rp1,19 triliun  atau sekitar US$78,02 juta pada bulan Agustus 2023 menjadi Rp1,45 triliun.

“Impor susu secara bulanan naik 21,19% (mtm), sedangkan secara tahunan naik 21,12% (yoy), dan secara kumulatif turun 10,27% (ctc),” papar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Rabu, 18 September 2024. Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Australia mendominasi pasokan susu sapi ke Indonesia, diikuti oleh negara-negara seperti Belgia dan Irlandia. 

Selandia Baru tetap menjadi pemasok utama karena kualitas produk susu yang diakui global dan hubungan dagang yang kuat dengan Indonesia. “Impor susu utamanya berasal dari Selandia Baru, Amerika Serikat dan juga Australia,” tambah Puji.

Kenaikan bulanan dan tahunan mencerminkan meningkatnya permintaan domestik akan produk susu, didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi. 

Dengan nilai impor mencapai Rp1,45 triliun pada bulan Agustus, Indonesia masih menunjukkan ketergantungan tinggi pada impor susu dari negara-negara besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketergantungan, diversifikasi sumber impor dan peningkatan produksi lokal dapat menjadi solusi jangka panjang. 

Pengembangan kapasitas peternak lokal melalui teknologi dan peningkatan produksi dalam negeri perlu digalakkan, sehingga ketahanan pangan, terutama dalam sektor susu, dapat terjamin.

Selain itu, menjaga kualitas produk susu impor dan memperkuat infrastruktur distribusi menjadi tantangan utama dalam menghadapi permintaan pasar yang terus bertumbuh. Ke depan, strategi untuk menyeimbangkan impor dan produksi lokal sangat penting untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan susu di pasar Indonesia.

Kebutuhan Susu Untuk Makan Siang Gratis

Presiden Terpilih Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan program minum susu gratis, yang telah ia gagas sejak masa kampanye Pemilu 2024. Program ini diluncurkan bersamaan dengan program makan siang gratis.

Ini sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak di Indonesia. Program tersebut dirancang untuk memberikan susu secara cuma-cuma kepada masyarakat luas, terutama anak-anak sekolah.

Bappenas telah memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini mencapai Rp 25,2 triliun, dengan asumsi harga susu UHT sebesar Rp5 ribu per anak. Target peserta yang direncanakan untuk program ini adalah 82,9 juta orang pada tahun 2029, mencakup berbagai lapisan masyarakat dengan fokus utama pada peningkatan gizi anak-anak dan remaja.

Pada tahap awal, pemerintah akan memenuhi kebutuhan susu melalui impor. Namun, untuk mengurangi ketergantungan pada impor, mulai tahun berikutnya, pemerintah berencana mengimpor sapi perah.

"Untuk tahun depan, kami masih memenuhi kebutuhan susu sapi melalui impor. Namun kami akan mulai mengimpor sapi perah tahun depan dan akhirnya mengurangi volume susu impor," papar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda.