Indef: PGEO Akan Dapat Bunga Refinancing Lebih Tinggi
- Sejumlah ekonom menyayangkan aksi utang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) karena penggunaannya juga untuk menutup utang jangka pendek yang jatuh tempo, bahkan dengan potensi bunga yang lebih tinggi.
Korporasi
JAKARTA – Sejumlah ekonom menyayangkan aksi utang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) karena penggunaannya juga untuk menutup utang jangka pendek yang jatuh tempo, bahkan dengan potensi bunga yang lebih tinggi.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan sangat tidak lazim jika sebuah perusahaan mengambil utang dari dana yang lebih mahal untuk menutup utang lain yang bunganya jauh lebih murah.
“Melihat kondisi market saat ini potensi bunganya pasti naik,” kata Aviliani kepada wartawan, belum lama ini.
Baginya, pasar modal sedang mengalami pengetatan sehingga dana murah sulit didapat oleh PGEO. “Perseroan bakal menanggung beban bunga obligasi yang sangat tinggi di saat minimnya dana murah,” ujar Aviliani.
Likuiditas pasar modal dunia yang kurang memadai dinilai bakal menjadi dilema bagi penerbitan surat utang luar negeri (global bonds) oleh anak usaha Pertamina dengan bisnis panas bumi tersebut dalam rangka refinancing.
PGEO berencana menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan bunga sebesar 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada tahun 2028.
- Amerika Telah Kirim Lebih dari 4 Juta Amunisi Besar ke Ukraina
- Permintaan Kredit Baru di Kuartal I-2023 Melambat, Diperkirakan Akan Melonjak di Triwulan Berikutnya
- Ulangi Kasus Mie Sedaap, Indomie Tak Belajar dari Pengalaman Rival?
PGEO akan menggunakan dana dari utang tersebut untuk melunasi seluruh sisa utang dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023.
“Pada tanggal Keterbukaan Informasi ini diterbitkan, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan Facilities Agreement adalah sebesar US$400 juta,” ujar manajemen melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Sabtu, 22 April 2023.
Sejauh ini, total utang PGEO mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek PGEO tercatat masih sekitar US$615,58 juta.
Hal itu berdasarkan perjanjian fasilitas dan surat komitmen per 23 Juni 2021, perseroan memeroleh fasilitas kredit berupa bridge loan dengan plafon US$800 juta. Hingga akhir 2022, perseroan mencairkan pinjaman itu sebesar US$600 juta yang tercatat pada pos pinjaman bank.
Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian itu adalah LIBOR 3 bulan ditambah marjin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, di mana marjin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5% untuk offshore dan 0,6% untuk onshore. Sementara marjin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6% - 0,7% atau masih di bawah 5%.
Sementara itu jika mengacu pada rata-rata LIBOR rate 3 bulan pada tahun 2021 hanya sekitar 0,16% dan ditambah marjin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021 sebesar 0,7%, maka bunga pinjaman PGEO saat itu tidak lebih dari 3%. Dengan demikian, PGEO diperkirakan bakal membayar biaya pinjaman dengan bunga yang lebih tinggi dalam aksi refinancing kali ini.