<p>Nasabah mengantre untuk melakukan transaksi di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BRIS) Jakarta Hasanudin, Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Indeks FTSE Terbaru 2021: BRIS Masuk Big Caps, AGRO dan BFIN Masuk Small Caps

  • Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel atau secara informal biasa disebut footsie ini akan merombak susunan baru saham di Global Equity Index Asia Pacific ex Japan ex China Regional dan mulai berlaku pada Senin, 20 September 2021.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel atau secara informal biasa disebut footsie ini akan merombak susunan baru saham di Global Equity Index Asia Pacific ex Japan ex China Regional dan mulai berlaku pada Senin, 20 September 2021.

Pada jajaran saham Tanah Air, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) masuk ke dalam daftar saham berkapitalisasi jumbo alias big caps. BRIS menggantikan posisi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang masuk ke dalam kategori saham kapitalisasi menengah (mid caps).

Sementara itu, PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) bersama PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) masuk pada kategori kapitalisasi kecil (small caps). Kedua emiten sektor finansial itu menggeser posisi PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan BRIS yang telah lompat ke jajaran big caps.

Selanjutnya pada daftar kapitalisasi mikro (micro caps), saham INAF, DMAS, SSMS, TSPC, SMBR, ARNA, DSNG, AGII, MSIN, KIJA, UFOE, BWPT, PZZA, DILD, AISA, dan CFIN masuk menggantikan HRUM, LINK, ERAA, IMAS, GMFI, WMUU, PTRO, WEGE, PPRE, TOTL, MBSS, serta JSKY.

FTSE Russel, yang juga dikenal FTSE Group merupakan penyedia indeks pasar saham yang dimiliki seluruhnya oleh London Stock Exchange. Sebelumnya, perusahaan tersebut didirikan oleh pemilik Financial Times, Pearson.

Adapun kehadiran indeks ditujukan sebagai benchmark atau tolok ukur pembanding kinerja suatu portofolio investasi yang biasanya digunakan big funds atau investor asing yang ingin mendiversifikasi asetnya.

Pada umumnya, perombakan indeks akan berpengaruh pada bobot alokasi dana investor institusi seperti mutual fund atau reksa dana asing. Mereka cenderung mengalokasikan dananya pada saham yang masuk ke dalam jajaran indeks, dan menjual yang keluar dari indeks.