<p>Prospek ekonomi Indonesia 2021. Ilustrasi Grafis: Azka Yusra/TrenAsia</p>
Nasional

Indeks Keyakinan Konsumen Sentuh Level Optimistis, Pengamat Tetap Ragu Ekonomi Indonesia Tumbuh 7 Persen

  • Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April sudah mencapai level optimis. Ekonom menyebut sulit bagi Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7% pada kuartal II-2021 meski IKK sudah berada di level optimis.

Nasional
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April sudah mencapai level optimis. Ekonom menyebut sulit bagi Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7% pada kuartal II-2021 meski IKK sudah berada di level optimis.

BI mengumumkan IKK pada April 2021 sebesar 101,5, meningkat dibandingkan Maret 2021 yang sebesar 93,4. Dengan demikian, IKK Indonesia berhasil masuk zona optimistis untuk pertama kalinya sejak April 2020.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menyebut, peningkatan IKK ini tidak dibarengi dengan indeks penjualan riil. Hal itu yang memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tidak mencapai target 7% pada kuartal II-2021.

“Data sampai akhir Maret menunjukkan bahwa pertumbuhan indeks penjualan riil masih berada pada level pertumbuhan negatif, artinya jika tren ini berlanjut maka ada peluang pertumbuhan ekonomi di kuartal ke II nanti meskipun tumbuh positif, belum akan mencapai angka 7%,” kata Yusuf kepada Trenasia.com, Senin 10 Mei 2021.

Berdasarkan survei BI, Indeks penjualan riil (IPR) pada Maret 2021 diperkirakan terkontraksi 17,1% year on year (yoy). Selain itu, Yusuf menyebut adanya larangan mudik membuat konsumsi masyarakat bakal tertahan meski IKK sudah menunjukan level optimis.

“Bagaimanapun juga kegiatan mudik memberikan efek multiplier terhadap perekonomian, jika mudik berkurang pada tahun ini, maka efek multiplier yang diharapkan juga tentu akan lebih sedikit,” ujar Yusuf.

Ekonom ini menjelaskan rantai konsumsi dari kegiatan mudik menjadi pemacu ekonomi Indonesia setiap tahunnya. Praktis, kebijakan larangan mudik ini berpotensi membuat adanya komponen konsumsi yang berkurang. Oleh karena itu, IPR belum bisa terungkit meski IKK sudah berada di level optimis.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan vaksinasi COVID-19 yang baru berjalan kepada masyarakat umum pada April 2021 mempengaruhi IPR yang masih terkontraksi.  

Kendati demikian, Bhima menyebut geliat ekonomi Indonesia sudah mengalami perbaikan. Hal itu, kata Bhima, perlu terus didorong dengan mendongkrak konsumsi rumah tangga masyarakat.

“Vaksinasi dan upaya penurunan kasus harian COVID-19 mulai membuahkan hasil. Meskipun tidak langsung membuat masyarakat belanja di pusat perbelanjaan,” kata Bhima kepada Trenasia.com, Senin 10 Mei 2021.

Tertahan Tingkat Pengangguran

Setali tiga uang, Bhima juga ragu pemerintah bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 7% pada kuartal II-2021. Menurunnya, angka pengangguran yang masih tinggi dapat menahan laju Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Tapi untuk meningkatkan pemulihan sampai 7% nampaknya masih overshoot atau terlalu optimistis. Masih banyak pekerjaan rumah misalnya menciptakan lapangan kerja bagi korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) selama tahun 2020 sekaligus bagi angkatan kerja yang baru,” terang Bhima.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan jumlah pengangguran 8,75 juta orang per Februari 2021. Angka itu menyusut 1,02 juta orang dibandingkan Agustus 2020.

Di sisi lain, ada penambahan 1,59 juta angkatan kerja sejak Agustus 2020 menjadi 139,71 juta orang pada Februari 2021. Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2021 mencapai 131,06 juta orang atau bertambah 2,61 juta orang sejak Agustus 2020.

Pesimisme target pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya disuarakan oleh ekonom saja. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Byarwati menilai target tersebut sulit dicapai. 

Anis menyebut, efektivitas dari kebijakan pemulihan ekonomi masih belum terasa dalam mendongkrak perekonomian masyarakat.

“Pemerintah jangan terlalu ambisius dengan target pertumbuhan 7%, tetap realistis dengan pergerakan ekonomi yang masih dipenuhi ketidakpastian,” kata Anis dalam keterangan tertulis, Senin 10 Mei 2021.