Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 9 Mei 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Rekomendasi

Indeks Komposit Reli ke 6.900, Saham NATO Kembali ARA

  • Penguatan kinerja IHSG hari ini diikuti oleh total nilai transaksi pasar yang kian lesu menjadi Rp7,01 triliun dari Rp7,72 triliun.

Rekomendasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan 0,35% atau sekitar 23,74 poin menuju level 6.862,06 pada penutupan perdagangan Selasa, 14 November 2023.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), penguatan kinerja indeks komposit hari ini diikuti oleh total nilai transaksi pasar yang kian lesu menjadi Rp7,01 triliun dari Rp7,72 triliun pada perdagangan sebelumnya.

Dalam satu hari perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.829,95 – 6.886,81. Hingga penutupan perdagangan, terdapat 285 saham menguat, 233 saham melemah, dan 234 saham lainnya ditutup stagnan.

Di tengah kondisi tersebut, sejumlah tercatat mengalami peningkatan kinerja optimal hingga masuk pada jajaran top gainers, seperti saham PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) yang kembali melaju paling kencang mencapai 34,31% dan menyentuh auto reject atas (ARA).

Kemudian, saham PT Martina Berto Tbk (MBTO) ikut melesat 33,03% ke harga Rp145 per unit, diikuti oleh saham PT Puri Global Sukses Tbk (PURI) yang kembali mencatatkan kenaikan kinerja signifikan, yakni mencapai 21,72%.

Selanjutnya, PT Trisula International Tbk (TRIS) terpantau melonjak 20% dan parkir pada level Rp276, dibuntuti oleh saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) bertumbuh hingga 13,82% ke harga Rp280 per unit saham.

Adapun pada jajaran top losers, saham PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC) menjadi saham yang terkoreksi paling dalam, yakni sekitar 10,71% dan saham PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) ikut merosot 8,16%.

Sementara itu, saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), PT Akasha Wira International Tbk (ADES), dan PT Royal Prima Tbk (PRIM) turut mengalami penurunan kinerja mendalam dengan persentase masing-masing 8,11%, 6,98%, serta 6,32%.