Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Indeks LQ45 Melesat Signifikan Usai Rebalancing, Pertanda Apa?

  • Langkah rebalancing ini dinilai penting untuk memperbaiki kinerja indeks. Pada tahun 2024, Indeks LQ45 turun 15,6%, lebih buruk dibandingkan penurunan indeks composite sebesar 2,65%.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Indeks LQ45, yang berisi 45 saham blue chip paling likuid di Bursa Efek Indonesia, mencatat kenaikan signifikan sejak awal tahun 2025. Hingga Kamis, 23 Januari 2025, pukul 14.42 WIB, indeks ini telah naik 2,91%.

Penguatan ini didorong oleh kenaikan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar 2,52% dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebesar 2,37% secara year-to-date. Pada perdagangan hari ini, indeks naik 0,51% ke level 850,49, seiring pengumuman rebalancing yang akan berlaku mulai Februari 2025.

Tiga saham baru yang akan masuk dalam Indeks LQ45, yaitu PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), menunjukkan performa solid. CTRA naik 2,08% ke Rp980 per saham, MAPA menguat 2,19% ke Rp935 per saham, sementara JPFA stabil di Rp1.905 per saham. 

Saham-saham ini akan menggantikan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dalam periode 3 Februari hingga 30 April 2025.

Langkah rebalancing ini dinilai penting untuk memperbaiki kinerja indeks. Pada tahun 2024, Indeks LQ45 turun 15,6%, lebih buruk dibandingkan penurunan indeks composite sebesar 2,65%. 

Penurunan ini dipengaruhi oleh koreksi besar pada saham seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yang masing-masing turun 22,42%, 27,38%, dan 39,96%.

Sebelumnya, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengakui penurunan tersebut sebagai tantangan akibat volatilitas pasar global. Ia juga menekankan pentingnya penguatan ekosistem pasar modal domestik untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kinerja Indeks LQ45 yang positif di awal tahun ini memberikan optimisme baru. Ini selaras dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada pada pergadagang sesi pertama bertengger di level 7.306,7 atau naik 49,6 poin (0,68%) 

Pilarmas Investindo Sekuritas mencatat, kenaikan IHSG ini sejalan dengan penguatan indeks saham Asia, didorong optimisme pasar terkait kebijakan baru China yang mendorong perusahaan asuransi dan reksa dana untuk meningkatkan investasi di pasar saham, yang diperkirakan akan menyuntikkan ratusan miliar yuan ke pasar setiap tahun. 

“Kebijakan ini membawa angin segar bagi IHSG. Selain itu, pelaku pasar sementara mengabaikan ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump, meski masih menanti kepastian kebijakan tersebut,” jelasnya dalam riset hariannnya. 

Dari domestik, IHSG juga ditopang pertumbuhan likuiditas perekonomian. Bank Indonesia mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2024 mencapai Rp9.210,8 triliun, tumbuh 4,4% (yoy). Kondisi ini mencerminkan ketersediaan dana yang memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.