India Bebaskan Merpati yang Dicurigai jadi Mata-Mata China
- Sebelumnya, pada tahun 2016, negara itu telah mengalami kasus serupa ketika seekor merpati lainnya ditahan karena ditemukan membawa catatan yang mengandung ancaman terhadap Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Dunia
MUMBAI - Seekor merpati yang diduga sebagai mata-mata China telah dibebaskan setelah delapan bulan ditahan di Rumah Sakit Hewan Bai Sakarbai Dinshaw Petit di Mumbai, India. Organisasi perlindungan hewan, PETA India berperan aktif dalam pembebasan burung tersebut setelah mengetahui kondisinya.
Dilansir CNN Internasional, Senin, 5 Februari 2024, merpati tersebut ditangkap pada Mei tahun 2023 di dekat pelabuhan Mumbai, setelah ditemukan dengan pesan yang tertulis di sayapnya yang diduga berasal dari bahasa Mandarin.
Hal ini meningkatkan kecurigaan bahwa burung tersebut mungkin digunakan sebagai alat mata-mata. Polisi segera menyita merpati tersebut untuk pemeriksaan medis di Badan Sanitasi Hewan dan Periksa Kesehatan Mumbai.
PETA segera mengambil tindakan untuk memastikan pembebasan merpati tersebut dari penangkaran. Setelah berupaya keras, PETA berhasil mendapatkan izin resmi dari polisi untuk melepaskan merpati tersebut.
Kolonel (Purn) Dr BB Kulkarni, Kepala Inspektur Medis BSDPHA, secara resmi melepaskan merpati tersebut. Media melaporkan bahwa burung itu kemudian dipindahkan ke Bombay Society for the Prevention of Cruelty to Animals.
- Menteri ESDM Minta Divetasi Vale Indonesia Dipercepat
- Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat ke Level 5,05 Persen Tahun 2023
- Pertamina Geothermal (PGEO) Ekspansi ke Turki, Bagaimana Prospek Sahamnya?
Kolonel Kulkarni mengizinkan pembebasan merpati tersebut setelah memastikan tidak ada ancaman atau bahaya kesehatan yang ditimbulkannya. Merpati ini kini berada di tangan Bombay Society for the Prevention of Cruelty to Animals.
Insiden merpati yang diduga sebagai alat mata-mata militer bukan merupakan kejadian pertama di India. Sebelumnya, pada tahun 2016, negara itu telah mengalami kasus serupa ketika seekor merpati lainnya ditahan karena ditemukan membawa catatan yang mengandung ancaman terhadap Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Kejadian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan hewan sebagai sarana komunikasi atau mata-mata bukan hal yang asing dalam konteks keamanan di India.
Kasus-kasus semacam ini memicu keprihatinan tentang kemungkinan adanya upaya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkan hewan-hewan sebagai alat untuk kepentingan politik atau militer.
Selain menjadi isu keamanan, penanganan kasus-kasus semacam ini juga menuntut perhatian terhadap kesejahteraan hewan dan perlunya melibatkan lembaga-lembaga perlindungan.