India Kukuhkan Target Inflasi Ritel 4 Persen
- Komite kebijakan moneter India (MPC) memutuskan memperkuat target inflasi ritel sebesar 4%, mengikuti kembalinya inflasi ke zona nyaman 2%-6%. Namun hal ini tidak secara otomatis menandakan suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dunia
JAKARTA - Komite kebijakan moneter India (MPC) memutuskan memperkuat target inflasi ritel sebesar 4%, mengikuti kembalinya inflasi ke zona nyaman 2%-6%. Namun hal ini tidak secara otomatis menandakan suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Inflasi India melampaui batas toleransi atas sebesar 6% yang ditetapkan oleh panel penentu suku bunga dalam lima dari 12 bulan terakhir. Namun hal ini tetap berada dalam kisaran 4%-6% pada tujuh bulan lainnya, termasuk turun ke 5% pada bulan September setelah dua bulan kenaikan biaya makanan.
“Beberapa kuartal yang lalu, tugas mendesak yang dihadapi oleh MPC adalah membawa inflasi ke dalam batas toleransi. Tahap itu kini sudah berlalu, kecuali beberapa lonjakan sementara di atas batas tersebut,” kata anggota panel Jayanth Varma kepada Reuters melalui email pada Jumat, 20 Oktober 2023.
- Cara Mudah Menghemat Uang dengan Anggaran yang Ketat
- Studi: Diet Soda dan Makanan Olahan Dapat Tingkatkan Risiko Depresi Anda
- Per-Kuartal III-2023, Kredit Hijau BCA Bekontribusi 25 Persen ke Portofolio
“Sehingga, fokusnya secara alami beralih ke tahap berikutnya, yaitu membawa inflasi ke tingkat target,” tambah Varma, sambil menegaskan tujuan akhir inflasi sebesar 4% tidak menimbulkan keraguan.
Panel yang terdiri dari enam anggota yang menetapkan suku bunga, termasuk tiga anggota eksternal, memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga bulan ini. Namun mereka memberikan isyarat akan fokus pada target inflasi 4%, yang memicu harapan suku bunga bisa tetap tinggi dalam waktu yang cukup lama di ekonomi terbesar ketiga di Asia.
“Meski begitu, fokus tersebut tidak secara otomatis mengindikasikan suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, karena keputusan akan bergantung pada data,” kata anggota panel Ashima Goyal.
Sejauh ini, meskipun terjadi berulang kali gangguan pasokan, inflasi inti mengalami pelemahan menuju 4%. Varma mengatakan tingkat suku bunga riil—yang diperoleh dengan menyesuaikan tingkat suku bunga kebijakan dengan inflasi—sekitar 1% akan mendorong inflasi secara berkelanjutan menuju target.
“Karena proyeksi inflasi menurun, tingkat suku bunga repo nominal yang konsisten dengan suku bunga riil sebesar 1% juga akan menurun,” kata Varma, dilansir dari Reuters, Senin, 23 Oktober 2023.
Segalanya bergantung pada bagaimana proyeksi inflasi 3-4 kuartal ke depan berkembang dalam kuartal-kuartal mendatang. “Kesabaran MPC dalam mengarahkan inflasi menuju target ini terutama didorong oleh kekhawatiran mengenai kerapuhan pertumbuhan,” kata Varma.
Menurunnya Tabungan Rumah Tangga
Data yang dirilis oleh bank sentral bulan lalu menunjukkan tabungan keuangan bersih di rumah tangga India turun menjadi level terendah dalam 50 tahun, yaitu sebesar 5,1% dari PDB seiring dengan meningkatnya leverage.
Dalam risalah pertemuan MPC, Goyal mengusulkan pertimbangan tindakan seperti peningkatan persyaratan modal untuk kategori pinjaman yang tumbuh cepat untuk meredam kegembiraan berlebihan di masa baik dan dengan demikian menghindari terjadinya kehancuuran.
“Leverage kalangan rumah tangga di India saat ini relatif rendah dan perlu meningkat, namun tidak terlalu cepat,” ujar Goyal. “Kebijakan prudensial kontrasektoral mendukung stabilitas keuangan. Dengan demikian, pertumbuhan, sambil memungkinkan tingkat suku bunga bebas disesuaikan dengan kebutuhan inflasi dan pertumbuhan dalam negeri.”
Varma menyatakan, dalam risalah MPC, keinginan rumah tangga untuk mengambil utang dapat mendukung konsumsi dan pertumbuhan jangka pendek.
- Tren Asuransi Properti di Asia Pasifik Diproyeksikan Terus Bertumbuh Hingga 2027
- Negara-Negara Asia Pasifik yang Paling Melek Asuransi Properti, Siapa Saja?
- Gandeng Bank Asal Malaysia, MNC Kapital (BCAP) Dukung TKI Lewat Layanan Ini
“Saya kira tugas bagi para pembuat kebijakan adalah memastikan pertumbuhan ekonomi cukup kuat, sehingga pinjaman ini dapat dilunasi dari pendapatan yang meningkat,” kata Varma. “Jika pertumbuhan tidak terwujud, maka tentu saja utang ini akan menjadi beban beberapa tahun ke depan.”