Emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Bursa Saham

Indo Tambangraya (ITMG) Siap Gali Tambang Baru, Bagaimana Prospek Sahamnya?

  • Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) layak disimak seiring langkah perseroan memproses pembukaan tambang batu bara terbaru di Kutai Barat, Kalimantan.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA –  Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) layak disimak seiring langkah perseroan memproses pembukaan tambang batu bara terbaru, yaitu tambang Graha Panca Karsa (GPK) di Kutai Barat, Kalimantan.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Axell Ebenhaezer mengungkapkan ITMG berhasil meningkatkan efisiensi operasionalnya sepanjang 2023, meskipun menghadapi dampak penurunan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara.

Asal tahu saja, emiten bersandikan ITMG ini membukukan pendapatan sebesar Rp36,1 triliun sepanjang 2023. Nominal tersebut turun sebesar 35% secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya Rp54,3 triliun.

Adapun ASP batu bara perseroan terkikis 41% secara tahunan menjadi US$113 per ton dari US$192 per ton. “Itu sejalan dengan penurunan harga batu bara global secara keseluruhan di semua kalori,”  tulis Axell dalam risetnya belum lama ini dikutip pada Senin, 1 April 2024. 

Sisi positifinya, ITMG berhasil mengurangi beban pokok pendapatan sebesar 6% secara tahunan menjadi Rp24,9 triliun dari Rp26 triliun lantaran pengurangan biaya royalti. Sementara itu, beban usaha perseroan berkurang sebesar 35%menjadi Rp2,1 triliun dari posisi tahun sebelumnya Rp3,2 triliun.

Meskipun tidak mencapai target total penjualan sepanjang 2023 yang mencapai angka 21,5 hingga 22,2 juta ton. ITMG tetap mencatatkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 10,6% secara tahunan menjadi 20,9 juta ton dari posisi tahun sebelumnya 18,9 juta ton.

“Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh peningkatan penjualan domestik (5,1 juta ton vs 4,2 juta ton) dan ekspor ke China (6,9 juta ton vs 5,9 juta ton),” ungkap analis perusahaan efek tersebut.

Tambang Batu Bara Baru

Mengenai kesiapan untuk membuka tambang batu bara di Kutai Barat, persiapan ITMG mencakup penyiapan lahan untuk jalan angkut, kegiatan pengeboran untuk sampling, persiapan pelabuhan, mobilisasi alat berat, dan pembangunan fasilitas terkait.

Sebelumnya, Direktur Utama ITMG Mulianto mengungkapkan bahwa produksi batu bara tambang GPK usai pembukaan akan mencapai 1 juta ton. “Kemudian tumbuh bertahap menjadi 2 juta ton pada 2025, dan 3 juta ton pada 2026," jelasnya dalam Pubex Live 2023, pada November 2023. 

Mulianto menambahkan bahwa GPK memiliki batu bara berkalori 3.600-3.800 Kcal/kg dengan tingkat abu 8%-11%, sulfur 0,1%-0,2%, dan total kelembapan 36%-38%. “Rendahnya sulfur menjadi kelebihan produk batu bara GPK sehingga bisa dicampurkan dengan portofolio batu bara ITMG di tambang lainnya,” katanya. 

Selain itu, ITMG bakal terus memperluas lokasi tambang Bharinto dengan mempersiapkan area baru untuk kegiatan penambangan dan memaksimalkan utilitas area yang sudah ada. Hal ini bakal meningkatkan produksi batu bara di Bharinto sebesar 24% secara tahunan.

Di sisi lain, ITMG melalui PT ITM Bhinneka Power (IBP) meningkatkan kepemilikan saham pada PT Cahaya Power Indonesia, anak usaha perseroan yang bergerak di bidang energi surya, menjadi 79,5% dari sebelumnya 60%.

Sebelumnya, ITMG tercatat memiliki 70% saham IBP. Dengan demikian, kepemilikan efektif Indo Tambangraya terhadap saham Cahaya Power Indonesia meningkat menjadi 55,65% dari sebelumnya 42%.

Proyeksi Harga Batu Bara

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, NH Korindo Sekuritas memutuskan untuk tetap mempertahankan rekomendasi hold untuk saham ITMG. Namun, NH Korindo menetapkan target harga baru untuk saham ITMG sebesar Rp26.000 per saham.

“Target harga tersebut mencerminkan forward PE sebesar 5,73 kali. Angkanya memang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan forward PE saat ini yang mencapai 6 kali,” kata analis perusahaan tersebut. 

Secara keseluruhan, NH Korindo Sekuritas memberikan pandangan netral terhadap sektor batu bara. Perkiraan harga acuan global diperkirakan berkisar antara US$110-130 per ton sepanjang 2024. 

Hampir sama, analis CGS International Sekuritas, Jaqline Hamdani, memproyeksikan bahwa harga batu bara sepanjang tahun ini diperkirakan berada di level US$100 per ton. “Sementara itu, untuk tahun 2025, harga rata-rata akan turun lagi menjadi US$75 per ton,” ungkapnya dalam riset.

Jaqline berpandangan, penurunan harga tersebut disebabkan oleh berkurangnya permintaan secara musiman setelah musim dingin, serta kemungkinan penurunan kontrak pembelian batu bara oleh perusahaan di China pada tahun ini.