Indodax sudah diikuti lima juta member selama delapan tahun perjalanannya. Sumber: Indodax.com
Fintech

Indodax Diduga Alami Peretasan, Asosiasi Blockchain dan Bappebti Buka Suara

  • JAKARTA – Indodax, salah satu platform perdagangan aset kripto terbesar di Indonesia, diduga mengalami peretasan pada sistem keamanannya. Hal ini memicu ke

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Indodax, salah satu platform perdagangan aset kripto terbesar di Indonesia, diduga mengalami peretasan pada sistem keamanannya. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pengguna, terutama terkait keamanan dana yang mereka miliki. 

Menanggapi situasi ini, Asosiasi Blockchain Indonesia, Bappebti, dan CEO Indodax memberikan klarifikasi dan memastikan bahwa dana nasabah tetap aman serta langkah-langkah mitigasi telah dilakukan.

Langkah Mitigasi dan Investigasi Dilakukan

Asosiasi Blockchain Indonesia merespons isu peretasan ini dengan pernyataan resmi, menegaskan bahwa mereka telah mengetahui dan memantau perkembangan kasus yang melibatkan salah satu anggotanya, Indodax. 

"Langkah-langkah mitigasi sedang dilakukan dengan cepat dan tepat," ujar perwakilan Asosiasi Blockchain Indonesia dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 12 September 2024. 

Lebih lanjut, Asosiasi Blockchain Indonesia juga memastikan bahwa berdasarkan informasi resmi yang diterima dari Indodax, dana nasabah tetap aman 100%, baik dalam bentuk rupiah maupun aset kripto. "Seluruh transaksi nasabah terjamin keamanannya," tambahnya. 

Indodax saat ini bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki insiden ini lebih lanjut guna memastikan pemulihan sistem serta mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.

Pernyataan Bappebti: Koordinasi dengan Indodax

Di sisi lain, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga memberikan pernyataan terkait dugaan peretasan tersebut. 

Kepala Bappebti, Kasan, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan mengenai insiden yang dialami oleh PT Indodax Nasional Indonesia. 

"Kami telah memanggil pihak Indodax untuk meminta klarifikasi terkait kasus ini. Saat ini, Indodax sedang dalam proses investigasi terhadap sistem yang diduga mengalami peretasan," jelas Kasan melalui pernyataan tertulis, dikutip Kamis, 12 September 2024. 

Indodax Tutup Sistem Sementara, Nasabah Diminta Tenang

Menurut Kasan, Indodax telah melakukan penutupan sistem secara menyeluruh untuk memastikan seluruh sistem beroperasi dengan baik. "Kami mengimbau masyarakat, khususnya pelanggan Indodax, agar tetap tenang dan tidak panik," tambah Kasan.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, juga memberikan klarifikasi terkait dugaan peretasan ini. Oscar membenarkan bahwa sistem transaksi Indodax diduga mengalami peretasan dan saat ini pihaknya tengah melakukan investigasi secara mendalam. 

"Kami melakukan pemeliharaan menyeluruh terhadap sistem yang ada. Selama proses ini, platform web dan aplikasi Indodax tidak dapat diakses. Namun, pelanggan tidak perlu khawatir karena kami pastikan bahwa saldo mereka tetap aman, baik itu dalam bentuk kripto maupun rupiah," ujar Oscar Darmawan melalui pernyataan yang sama. 

Edukasi dan Penguatan Keamanan untuk Masa Depan

Asosiasi Blockchain Indonesia juga menekankan pentingnya edukasi bagi para pengguna terkait langkah-langkah aman dalam bertransaksi aset kripto. 

Mereka berkomitmen untuk mendukung seluruh anggotanya dalam memperkuat infrastruktur keamanan guna mencegah kejadian serupa di masa depan.

Lebih lanjut, Asosiasi Blockchain Indonesia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan platform perdagangan kripto yang telah terdaftar di Bappebti. 

"Platform yang terdaftar di Bappebti dijamin keamanannya serta diawasi oleh pemerintah," tegas perwakilan asosiasi tersebut.

Klarifikasi dan Transparansi Informasi

Kasus dugaan peretasan yang dialami oleh Indodax saat ini masih dalam tahap investigasi lebih lanjut. Baik pihak Indodax, Asosiasi Blockchain Indonesia, maupun Bappebti berjanji akan terus memberikan informasi yang akurat dan transparan kepada publik. 

Menurut laporan dari Lookonchain, Indodax mengalami kerugian sekitar Rp339 miliar dalam serangan siber. Peretas berhasil mendapatkan akses ke dompet digital milik bursa dan mencuri beberapa aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, serta mata uang digital lainnya, termasuk Tron dan USDT.

Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa peretas telah merusak platform Indodax dengan menanamkan bug yang mampu melewati sistem keamanan bursa. 

Bug ini memungkinkan pelaku untuk melakukan penarikan dana dari dompet "hot wallet" milik Indodax. Sebagian besar aset yang dicuri kemudian dipindahkan dan diubah menjadi mata uang kripto lainnya.

Detail Aset yang Dicuri

Kerugian yang dialami Indodax mencakup 25 BTC (sekitar Rp21,58 miliar), 1.047 ETH (sekitar Rp38,24 miliar), Rp94,55 miliar dalam bentuk USDT, 2,2 juta MATIC (senilai Rp13,09 miliar), dan 1,4 juta ARB (senilai Rp11,55 miliar). 

Berdasarkan informasi terkini, peretas telah mengonversi aset-aset tersebut menjadi Ethereum senilai Rp200,39 miliar, Tron senilai Rp39,44 miliar, POL (sebelumnya MATIC) senilai Rp39,27 miliar, dan Bitcoin senilai Rp21,73 miliar.

Indodax Menghentikan Operasi Sementara

Bursa kripto Indodax telah mengonfirmasi insiden peretasan ini melalui sebuah tweet, yang menyatakan bahwa mereka telah menghentikan operasional sementara untuk keperluan pemeliharaan. Penutupan sementara ini berdampak pada layanan situs web dan aplikasi mobile mereka.

Meskipun demikian, Indodax meyakinkan para penggunanya bahwa dana mereka tetap aman dan operasional akan kembali normal setelah masalah keamanan berhasil diatasi. 

Berdasarkan data dari blockchain, Indodax telah memindahkan dana dari dompet "hot wallet" yang terkena serangan ke dompet "cold wallet" milik mereka sendiri sebagai tindakan pencegahan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. 

Dompet "cold wallet" ini menyimpan lebih dari Rp6,16 triliun dalam bentuk berbagai mata uang kripto, yang berpotensi digunakan untuk memulihkan kerugian pengguna yang terdampak oleh serangan senilai Rp339 miliar tersebut.

Kelompok Lazarus di Balik Serangan?

Perusahaan siber Cyvers, menyatakan bahwa kelompok hacker asal Korea Utara, Lazarus, diduga berada di balik peretasan ini. Cyvers menjelaskan bahwa pola serangan yang digunakan sangat mirip dengan metode yang sering digunakan oleh kelompok hacker tersebut.

Kelompok Lazarus juga telah dikaitkan dengan sejumlah serangan besar lainnya di sektor kripto, termasuk peretasan WazirX pada bulan Juli yang menyebabkan kerugian sebesar Rp3,54 triliun. 

Selain itu, Lazarus juga diyakini bertanggung jawab atas pencurian sebesar Rp1,54 triliun dari Horizon Bridge, seperti yang dilaporkan oleh The Crypto Basic.

Kelompok peretas ini telah menjadi ancaman serius bagi berbagai bursa kripto besar di seluruh dunia dan terus menargetkan berbagai platform dengan cara-cara yang semakin canggih.

Tanggapan Menkominfo dan AFTECH

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyoroti pentingnya ketahanan siber di Indonesia, mengingat semakin seringnya ancaman yang terjadi. 

Salah satu hal yang diungkapnya adalah risiko keamanan yang masih menjadi isu utama. Dalam pernyataannya, Budi bahkan sempat berseloroh mengenai tempat aman untuk data center di Indonesia.

"Kerawanan ketahanan siber kita menjadi salah satu isu utama. Singapura saja mengalami kebakaran pada data center-nya. Saya bercanda, mungkin data center yang paling aman itu di bawah rumah sakit ibu dan anak supaya tidak menjadi sasaran," ujar Budi, saat berbicara dalam sebuah acara Ngobrol Pintar (Ngopi) Bareng Kominfo di Jakarta, Rabu, 11 September 2024. 

Selain itu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Pandu Sjahrir, memberikan penjelasan terkait keamanan siber di platform crypto, Indodax. Ia memastikan bahwa keamanan pengguna Indodax tetap terjaga, meskipun sempat ada laporan terkait gangguan.

"Indodax telah menangani masalah tersebut dengan baik, dan hingga saat ini keamanan 100% terjaga. Kami terus memantau perkembangan setiap jam dan juga telah melaporkan hal ini kepada Kemenkominfo," kata Pandu dalam kesempatan yang sama.