Baru 40 persen lahan pertanian di Kaltim yang tergarap, sisanya masih berupa lahan tidur.
Industri

Indonesia Bangun Ratusan Ribu Hektare Lumbung Padi Baru

  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa Presiden Joko Widodo melihat prospek pembangunan lumbung padi baru pada lahan gambut yang sudah pernah disiapkan di masa lalu.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa Presiden Joko Widodo melihat prospek pembangunan lumbung padi baru pada lahan gambut yang sudah pernah disiapkan di masa lalu.

Pertimbangan membangun lumbung ini guna menjamin stok pangan terpenuhi dan menjaga harga dari 11 komoditas pangan utama, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Dia mengatakan, ada laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bahwa kecukupan curah hujan di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, masih akan bagus sampai November 2020 dan kebutuhan air relatif ada.

Untuk itu, Kementerian Pertanian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakayat (PUPR) diminta berkonsentrasi untuk menciptakan lumbung pangan di lokasi tersebut.

“Bapak Presiden mengarahkan untuk konsentrasi melihat lumbung padi baru di lahan yang dulu pernah disiapkan, yaitu di Kalimantan dan pernah dipersiapkan,” kata Airlangga dalam dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa, 5 Mei 2020.

Dalam rapat 28 April 2020, Airlangga mengatakan terdapat lahan gambut sebanyak 900.000 hektare di Kalimantan sebagai lahan baru persawahan. Dari jumlah tersebut sekitar 200.000 hektare dikuasai BUMN.

“Laporan Menteri PUPR, lahan gambut yang disiapkan bisa sepertiga atau 200.000 hektar. Presiden minta ditinjau kembali termasuk infrastrukturnya dan lahan 200.000 itu memang berada dalam satu hamparan meski dari segi yield berbeda dengan (hasil sawah) di Pulau Jawa,” ungkap Airlangga.

Namun Presiden Jokowi menurut Airlangga tetap mengikuti saran FAO dan BMKG terkait prediksi musim kering bulan Agustus untuk wilayah Jawa, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Bahkan NTB sudah lebih dahulu (masuk musim kering), maka Kalimantan yang punya curah hujan relatif cukup baik sampai November ini jadi salah satu alternatif yang nanti akan dipelajari Kementan, Kementerian PUPR dan beberapa BUMN,” tambah Airlangga.

Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk menanami lahan gambut, Litbang Kementan sudah punya bibit khusus.

“Kita membuat produksi bibit yang cukup namanya Impara, bibit untuk rawa dan kita bisa berharap bibit ini bisa menuai hasil yang lebih baik dibanding lahan gambut yang diasumsikan gagal itu namun memang mensyaratkan adanya parit-parit kecil,” kata Syahrul

Syahrul juga mengatakan pada Mei 2020, petani sudah memasuki musim panen namun akan segera diminta langsung mulai kembali menanam.

“Kita mengejar sisa air hujan yang ada atau air tanah dari lahan yang ada. Percepatan itu akan tersedia pada lahan existing kita, atau lahan irigasi teknis pada April-September ada 5,6 juta hektare, juga ada percepatan bantuan penyediaan benih untuk 2 juta hektare,” ungkap Syahrul.

Namun Syahrul mengakui bahwa pertanian rentan terhadap cuaca, bencana dan hama sehingga perlu ada penyiapan pipanisasi, pompa, dan sarana lain termasuk kemungkinan lahan pertanian cadangan.

Harga Pangan

Sementara itu, harga masing-masing komoditas pangan per minggu pertama Mei 2020, yakni beras medium Rp11.750/kg, beras premium Rp12.700/kg, gula pasir Rp18.050/kg, daging sapi Rp117.900/kg, cabai rawit Rp34.700/kg, cabai merah Rp30.600/kg, bawang merah Rp48.850/kg, bawang putih Rp38.700/kg, minyak curah Rp12.200/liter, minyak goreng kemasan Rp14.750/liter, daging ayam ras Rp28.950/kg, serta telur ayam ras Rp25.850/kg.

“Untuk gula pasir, diharapkan dengan stok Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang akan semakin banyak masuk ke pasar dan adanya pengalihan dari sektor-sektor lain diharapkan ini (harga) akan terus turun,” tambah Airlangga.

Airlangga pun menanggapi rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97%. Dia menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2020 dalam APBN-Perubahan 2020 juga sekitar 2,3%.

Terkait pertumbuhan ekonomi, menurut Airlangga saat ini memang sedang terjadi demand shock, apalagi disebabkan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada kuartal kedua ini untuk memotong penyebaran COVID-19.

Pemerintah pada Mei 2020 akan menerapkan tapering off, sehingga pemerintah sedang menyiapkan program exit strategy dari kondisi pandemi ini, agar masalah bencana di kesehatan tidak merambat ke sektor-sektor lainnya.

“Pemerintah akan menggunakan metode normal baru. Misalkan pabrik harus menjalankan protokol COVID-19 (jika ingin beroperasi), dan juga tetap menggunakan masker yang sedang disiapkan BNPB,” tukas Airlangga. (SKO)