Indonesia Berpotensi jadi Sentra CCS-CCUS Hulu Migas di Asia Pasifik
- NUSA DUA - Indonesia dinilai berpotensi besar menjadi pusat penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) dan teknolo
Energi
NUSA DUA - Indonesia dinilai berpotensi besar menjadi pusat penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) dan teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) industri hulu migas di wilayah Asia Pacifik.
Executive Director Indonesia CCS Centre, Belladonna Troxylon Maulianda, mengatakan Indonesia saat ini sedang didorong untuk menjadi pemain kunci dalam pengembangan infrastruktur CCS karena potensi penyimpanan CO2-nya yang sangat besar serta lokasi geografisnya. Jika Indonesia berhasil mengambil kesempatan ini serta meneruskan upaya keberlanjutan, Indonesia akan menjadi pemimpin di pasar CCS dan dapat menginspirasi negara-negara lain untuk berinvestasi di Indonesia.
"Sehingga dengan adanya potensi ini dimungkinkan karena Indonesia memiliki lapangan-lapangan migas tua yang siap menjadi lokasi penyimpanan CO2 serta dukungan posisi strategis nusantara yang berada di tengah-tengah Asia dan Australia," katanya di 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023 pada Jumat, 22 September 2023.
- Biden Garansi Bantuan Militer ke Ukraina Jalan Terus
- Inisiatif HM Sampoerna dalam Digitalisasi Toko Kelontong Raih Penghargaan ASEAN Enterprise Innovation Award Indonesia 2023
- Pasar Tekstil Indonesia dan Global Melemah
Penerapan CCS dan CCUS tengah mengemuka di tengah industri hulu migas seiring upaya menurunkan emisi karbon sebagai dukungan atas komitmen Indonesia untuk menjadi negara dengan net-zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat.
Sejumlah Proyek
Dalam kesempatan yang sama EVP Gas &Low Carbon Energy bp, Anja Isabel Dotzenrath, mengatakan saat ini perusahaan energi dunia sedang mengembangkan proyek CCUS di Kilang LNG Tangguh di Papua.
Di tahap awal, proyek ini diharapkan dapat menginjeksikan kembali lebih dari 30 juta ton CO2 ke dalam reservoir sehingga mampu menurunkan emisi dari Kilang Tangguh sebesar 50%.
ExxonMobil Indonesia juga sedang mengkaji pengembangan CCS di Cekungan Sunda Asri yang berlokasi di arah tenggara Lampung. Posisi Sunda-Asri sangat baik karena dikelilingi oleh pusat emisi yang berada di Sumatra Selatan dan Cilegon (Banten) sehingga mendukung dekarbonisasi pada industri-industri tersebut.
Selain itu posisi Sunda-Asri memiliki keunggulan strategis dalam jalur transportasi karbon internasional, sehingga membuat cekungan ini memiliki potensi menjadi sentra manajemen karbon global.
Adapun kesepakatan-kesepakatan tersebut adalah MoU antara bp dan Pertamina (KPI) untuk mendukung kajian proyek blue amonia biru yang mencakup potensi pasokan gas 90 mmscfd dari Tangguh dan potensi injeksi CO2 di Tangguh melalui Tangguh CCUS; MoU SKK Migas – Japex terkait Pengembangan dan Pelaksanaan Hub dan Cluster CCS/CCUS di Republik Indonesia; Carbon Capture and Storage (CCS) Head of Agreement (HoA) antara Medco E&P Grisik Ltd (MEPG) dan Repsol Sakakemang; dan MOU Studi Carbon Capture and Storage (CCS) West Natuna antara Medco Energy, Sembcorp dan Storegga.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 2 tahun 2023 tentang Penangkapan Karbon Penyimpanan (CCS) dan Penangkapan Karbon Pemanfaatan dan Penyimpanan (CCUS) di industri hulu minyak dan gas. Peraturan ini mengatur empat fokus untuk pelaksanaan CCS-CCUS di industri hulu minyak dan gas, mencakup Aspek Teknis, Skenario Bisnis, Aspek Hukum, dan Aspek Ekonomi.
SKK Migas saat ini juga sedang menyiapkan Pedoman Tata Kerja (PTK) yang akan mengatur bagaimana pengembangan CCS-CCUS dapat diintegrasikan ke dalam rencana pengembangan lapangan. Selain itu, pemerintah juga sedang menggodok Perpres mengenai pengembangan CCS dan CCUS.
Sekedar informasi, CCS dapat digunakan untuk menangkap dan menyimpan CO2 yang diproduksi oleh berbagai industri. Sedangkan CCUS, biasanya digunakan industri hulu migas untuk menangkap dan menyimpan CO2 yang mereka hasilkan, sekaligus memanfaatkannya untuk hal lain, misalnya peningkatan produksi.