<p>PLTP Geo Dipa Energi. / Geodipa.co.id</p>
Nasional

Indonesia Butuh 92 Gigawatt untuk Capai 100% Energi Terbarukan

  • 92,6 gigawatt (GW) aset fleksibel diperlukan agar sistem energi Indonesia dapat berjalan menggunakan 100 persen energi terbarukan.

Nasional

Laila Ramdhini

JAKARTA – Hasil riset yang dikemukakan perusahaan teknologi dan sektor energi asal Finlandia, Wartsila Energy, menyatakan Indonesia memerlukan lebih dari 92 gigawatt daya fleksibel untuk mencapai pemanfaatan 100% energi terbarukan yang hemat biaya.

“92,6 gigawatt (GW) aset fleksibel diperlukan agar sistem energi Indonesia dapat berjalan menggunakan 100 persen energi terbarukan dengan biaya yang rendah,” kata Director Australasia Wartsila Energy Kari Punnonen, dikutip dari Antara, Minggu, 4 April 2021.

Menurut dia, pihaknya telah menyoroti pertumbuhan kebutuhan yang signifikan dalam meningkatkan fleksibilitas daya di Indonesia, dalam bentuk penyimpanan energi dan teknologi gas fleksibel.

Kapasitas yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan peralihan Indonesia ke jaringan listrik yang diberdayakan oleh energi terbarukan harus berasal dari dua teknologi utama.

Pertama, sistem penyimpanan energi berkapasitas lebih dari 82 GW. Kedua, tenaga gas fleksibel berkapasitas lebih dari 10 GW yang mampu beroperasi dengan bahan bakar nabati (BBN) dan bahan bakar masa depan.

“Laporan iklim PBB di bulan lalu (Maret) memberikan pesan yang jelas bagi Indonesia. Untuk dekarbonisasi dengan biaya yang rendah, tingkat energi terbarukan yang tinggi harus ditingkatkan per 2030,” kata Kari Punnonen.

Sebagaimana diwartakan, Indonesia membutuhkan investasi sebanyak US$167 miliar untuk pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan membangun 56 GW tambahan pembangkit energi hijau.

Investasi EBT Hingga 2030

“Kita membutuhkan total investasi sektor EBT sekitar US$167 miliar untuk mencapai target penurunan emisi di tahun 2030,” kata Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam.

Pada 2021, ujar dia, pemerintah menargetkan investasi pada sektor energi hijau senilai US$2,05 miliar, lebih tinggi dibandingkan capaian investasi pada 2020 yang berjumlah US$1,36 miliar.

Berdasarkan kajian Bappenas, ada enam jenis EBT yang tersedia dan telah dikembangkan secara komersil di Indonesia, yakni surya, angin, panas bumi, dan bioenergi. Selain itu, ada energi potensial yang belum dikembangkan seperti gelombang air laut dan hidrogen.

“Total potensi EBT untuk pembangkitan listrik yang ada di Indonesia diperkirakan berada di angka 419 GW. Dari total potensi tersebut, hampir setengahnya adalah potensi dari energi surya sebesar 207 GW disusul dengan air 75 GW, dan angin 60 GW,” kata Medrilzam.

Indonesia memiliki dua target besar yaitu target bauran energi hijau sebesar 23% tahun 2025 melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan target penurunan emisi sebesar 29 persen dari baseline di tahun 2030 sesuai Paris Agreement.

“Bauran energi saat ini berada di angka 11,5 persen dari target sebesar 23 persen. Sebagai upaya mencapai target tersebut, dilakukan banyak dorongan kepada pengembangan EBT, baik dalam bentuk peraturan, stimulus, maupun insentif,” kata Medrilzam. (LRD)