Indonesia, China, AS, Inggris, Hingga Rusia Produksi Vaksin COVID-19
Saat ini, sekitar 150 vaksin yang potensial tengah berada dalam tahap pengembangan yang beragam. Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer, dan CanSino Biologics asal China, misalnya, juga melaporkan data hasil uji yang positif pada vaksin mereka masing-masing.
JAKARTA – Virus corona jenis baru (COVID-19) telah menjangkit lebih dari 14,73 juta orang dan 611.284 meninggal di 216 negara seluruh dunia.
Pandemi ini membuat para ilmuwan dan negara-negara berlomba-lomba menemukan obat hingga vaksin penawar COVID-19. Negara-negara maju maupun berkembang harus berburu dengan waktu lantaran korban terus berjatuhan.
Bahkan, sejumlah negara tengah melakukan uji klinis vaksin yang sudah diproduksi. Indonesia menjadi salah satu negara yang menjalani uji klinis vaksin fase ketiga yang dikembangkaan China Sinovac Biotech.
Saat ini, sekitar 150 vaksin yang potensial tengah berada dalam tahap pengembangan yang beragam. Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer, dan CanSino Biologics asal China, misalnya, juga melaporkan data hasil uji yang positif pada vaksin mereka masing-masing.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
1. Indonesia
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi PT Bio Farma (Persero) siap memproduksi vaksin COVID-19 hingga 250 juta dosis per tahun.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan uji klinis tahap III untuk vaksin kerja sama Bio Farma dan Sinovac Biotech dari China ditargetkan rampung pada Januari 2021.
“Kita akan expand (produksi) menuju 250 juta dosis per tahun. Tapi untuk tahap pertama sesuai target penyelesaian uji klinis 2021, pada saat selesai uji klinis dan izin edarnya keluar, kami sudah menargetkan untuk bisa selesai sekitar 40 juta dosis per tahun,” kata dia.
2. Inggris
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, Inggris, dengan lisensi AstraZeneca menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan memproduksi respons imun untuk melawan virus corona dalam uji coba pertama terhadap manusia.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang pemerintahannya memberikan pendanaan untuk proyek pengembangan vaksin Oxford, memuji hal tersebut sebagai “kabar yang amat positif”. Walaupun, para peneliti menekankan hal ini masih hasil uji tahap awal.
“Masih banyak hal yang harus dilakukan sebelum kami dapat mengonfirmasi apakah vaksin ini dapat membantu menghadapi pandemi COVID-19. Kami masih belum tahu seberapa kuat respons imun yang diperlukan untuk secara efektif memberi perlindungan dari infeksi SARS-CoV-2,” kata Sarah Gilbert, pengembang vaksin dari Universitas Oxford dilansir Reuters.
Vaksin AZD1222 telah disebut oleh kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kandidat utama dari sejumlah vaksin COVID-19 yang dikembangkan negara-negara di dunia.
3. Amerika Serikat
Perusahaan pembuat obat, atas kerja sama dengan Pemerintah Amerika Serikat, sedang berada dalam proses untuk memproduksi vaksin COVID-19 akhir musim panas ini.
“Kalau dikatakan secara pasti kapan bahan-bahan vaksin akan mulai dihasilkan, mungkin dalam empat atau enam minggu ke depan. Tapi kita akan secara aktif memproduksinya akhir musim panas ini,” kata pejabat pemerintah AS yang menolak namanya disebutkan.
Pemerintahan Presiden Donald Trump sejauh ini telah membantu pengembangan empat vaksin COVID-19 melalui skema Operation Warp Speed Program, yang bertujuan agar 300 juta dosis vaksin sudah diproduksi pada akhir 2021.
Pemerintah AS telah memberikan hibah, mulai dari beberapa ratus juta dolar hingga lebih dari US$1 miliar, kepada Johnson & Johnson, Moderna Inc, AstraZeneca Plc, dan Novovax Inc.
Pada awal Juli, pemerintah juga menandatangani kontrak senilai US$450 juta setara Rp6,4 triliun dengan Regeneron Pharmaceuticals Inc., untuk membantu perusahaan tersebut menyediakan terapi bagi para pasien COVID-19.
4. China
China National Pharmaceutical Group atau Sinopharm menargetkan produksi 200 juta dosis vaksin COVID-19 per tahun.
Saat ini Sinopharm berusaha meningkatkan kapasitas produksinya untuk bisa menghasilkan 200 juta dosis. Sehingga, memudahkan masyarakat mengakses vaksin tersebut, demikian pernyataan Komisi Administrasi dan Supervisi Badan Usaha Milik Negara China (ASAC).
Dua vaksin eksperimental yang dikembangkan perusahaan milik negara tersebut menunjukkan tanda-tanda keberhasilan, baik dari sisi kemanjuran maupun keselamatan.
Dua vaksin inaktif telah memasuki tahap kedua uji klinis. Salah satunya telah disuntikkan kepada 2.000 orang relawan. Vaksin tersebut buatan Wuhan Institute of Biological Products di Wuhan, Provinsi Hubei, dan Beijing Institute of Biological Products.
Beijing Institute of Biological Products juga telah merampungkan konstruksi berbagai fasilitas yang dirancang untuk memproduksi vaksin inaktif COVID-19 secara massal dan telah lolos penilaian pendahuluan ketahanan hayati.
Dalam unggahannya, lembaga tersebut menargetkan kapasitas produksi sebanyakk 100-120 juta dosis vaksin per tahun.
5. Rusia
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan Pemerintah Rusia terus bekerja dalam penelitian vaksin COVID-19 dengan harapan akan dapat mempunyai produk vaksin pada akhir tahun 2020.
Lyudmila menyebut calon vaksin yang dikembangkan saat ini tengah diuji coba kepada manusia dengan hasil awal yang cukup positif.
“Kami berharap uji coba ini akan selesai pada akhir September. Berarti bahwa pada akhir tahun ini kami mungkin akan mempunyai vaksin COVID-19. Dan kami bersiap untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan,” kata dia. (SKO)