<p>Prototipe KF-X</p>

Indonesia-Korea Selatan Kembali Renegosiasi Pengembangan Jet Tempur KF-X

  • JAKARTA- Korea Selatan dan Indonesia dilaporkan kembali mengerjakan kesepakatan baru untuk proyek pengembangan jet tempur bersama yang mengalami hambatan menyusul keterlambatan Indonesia membayar ratusan juta dolar kewajibannya. Sekitar 10 pejabat dari Defence Acquisition Program Administration (DAPA) dan Korean Aerospace Industries (KAI) – pembuat pesawat KF-X – berangkat ke Jakarta Selasa 22 September 2020 untuk bertemu […]

Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Korea Selatan dan Indonesia dilaporkan kembali mengerjakan kesepakatan baru untuk proyek pengembangan jet tempur bersama yang mengalami hambatan menyusul keterlambatan Indonesia membayar ratusan juta dolar kewajibannya.

Sekitar 10 pejabat dari Defence Acquisition Program Administration (DAPA) dan Korean Aerospace Industries (KAI) – pembuat pesawat KF-X – berangkat ke Jakarta Selasa 22 September 2020 untuk bertemu pejabat Indonesia pada Rabu dan Kamis.

Meski kedua belah pihak telah mengadakan empat putaran negosiasi ulang, pembicaraan terakhir dilakukan setelah sekitar satu tahun.  Ini juga merupakan pertemuan pertama sejak Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjabat Oktober 2019 lalu.

Prabowo telah menunda melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah Korea dan  mengatakan dia akan meninjau keseluruhan konten anggaran pertahanan dan sistem persenjataan negara itu.

Proyek Bersama

Sebagaimana dilaporkan Korea Herald Rabu 23 September 2020, selama pertemuan minggu ini, pejabat kedua negara diharapkan untuk meninjau kondisi proyek pembangunan bersama untuk mencapai kesepakatan, karena Indonesia menginginkan pengurangan berapa banyak yang dijanjikan untuk membayar pemerintah Korea.

Indonesia pada awalnya setuju untuk membayar 1,7 triliun won (sekitar Rp21,7 triliun). Dana itu merupakan sekitar 20 persen dari total anggaran proyek 8 triliun won. Tetapi sejauh ini hanya membayar sekitar 220 miliar won. Jakarta berhenti membayar pada akhir 2017 dengan alasan situasi keuangan negara yang memburuk. Sementara pembayaran seharusnya selesai pada tahun 2026, tunggakannya sekitar 500 miliar won (sekitar Rp 6,4 triliun)

Menurut pejabat industri, pihak Indonesia ingin menurunkan kontribusinya dari 20 persen yang dijanjikan menjadi 15 persen. Usulan tersebut dilontarkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo saat bertemu dengan Presiden Moon Jae-in saat berkunjung ke Korea pada September 2018, menurut pejabat tersebut.

Tahun lalu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan negara sedang mempertimbangkan untuk menawarkan pesawat CN-235 dari perusahaan pembuat pesawat negara PT Dirgantara Indonesia sebagai bagian dari kontribusinya, bukan uang tunai.

Pejabat industri mengatakan Indonesia juga ingin pemerintah Korea mentransfer lebih banyak teknologi untuk pengembangan jet tempur ke Indonesia – permintaan agar Korea tidak dapat memutuskan sendiri karena beberapa teknologi tersebut terkait dengan Amerika Serikat.

Sementara itu, pengembangan pesawat tempur oleh KAI berjalan lancar, dengan pabrikan akan meluncurkan prototipe pada paruh pertama tahun 2021. Awal bulan ini, KAI mulai merakit prototipe jet tempur yang dikembangkan secara lokal pertama di negara itu. Jet tempur canggih ini akan masuk di kelas generasi 4++.