<p>Warga memilih kue kering di kios pedagang Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Senin, 3 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Belum Lepas dari Jerat Resesi, Ekonomi RI Diperkirakan Melesat pada Kuartal II-2021

  • Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan Indonesia masih mengalami resesi pada kuartal I 2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan baru bisa melesat pada kuartal II-2021.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan Indonesia masih mengalami resesi pada kuartal I 2021.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan baru bisa melesat pada kuartal II-2021.

Menurut riset Indef, ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih akan terkontraksi hingga 1% year on year (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang belum terungkit optimal membuat pemerintah harus bekerja ekstra keras demi memenuhi target pertumbuhan hingga 5,3% pada 2021.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan, pemerintah perlu mendorong investasi dan konsumsi demi mendongkrak perekonomian.

“Konsekuensi dari minus di triwulan pertama ini memang cukup besar kepada optimisme untuk mencapai di tiga triwulan berikutnya, dan juga terhadap keseluruhan target,” kata Eko dalam diskusi virtual yang dilansir Selasa, 4 Mei 2021.

Sejumlah lembaga juga memperkirakan Indonesia belum bisa lepas dari jerat resesi pada kuartal I-2021.

Danareksa Research Institute memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 1%. Sementara riset dari Standard Chartered dan Mirae Asset kompak menaruh pertumbuhan ekonomi di zona minus dengan angka masing masing -1,03% dan -1,18%.

Geliat Industri dan Konsumsi Mulai Pulih

Meski Indonesia harus alami resesi, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut pemulihan ekonomi sejak April 2021 berjalan lebih pesat.

Hal ini nampak dari Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur Indonesia yang kembali mencetak rekor baru pada April 2021.

Sri Mulyani merinci, PMI Manufaktur Indonesia bergerak di zona ekspansi dari 53,2 pada Maret 2021 dan bergerak naik menjadi 54,6 pada April 2021.

Geliat industri yang kembali hidup itu, kata Sri Mulyani, membawa efek positif terhadap pengurangan pengangguran dan peningkatan konsumsi masyarakat.

Di sisi lain, lembaga riset Continuum Data Indonesia mengatakan lonjakan konsumsi terjadi seiring adanya momentum Ramadan dan Lebaran.

Dalam surveinya, Continuum Data Indonesia memproyeksikan indeks konsumsi masyarakat naik hingga 17% pada Ramadan tahun ini.

Continuum juga memperkirakan adanya penurunan indeks pendapatan sebesar 10%. Meski sebagian masyarakat masih mengalami penurunan pendapatan, namun sejumlah komponen konsumsi masih bisa terangkat maksimal pada April dan Mei 2021.

Komponen konsumsi pakaian diperkirakan bakal yang paling mengalami pertumbuhan pesat. Konsumsi pakaian masyarakat melesat 47% pada Ramadan tahun ini.

Analisis Big Data Continuum Muhammad Azzam melihat, konsumsi masyarakat terhadap pakaian terdorong oleh sentimen Lebaran 2021.

Belanja pakaian masyarakat paling banyak dilakukan melalui marketplace online.  Intensitas belanja pakaian online masyarakat meningkat hingga 47%. 

“Komponen konsumsi kebanyakan meningkat di belanja online, indeks yang kami buat menunjukan keyakinan masyarakat untuk membeli pakaian paling tinggi dibandingkan komponen lain,” kata Azzam dalam diskusi virtual, Senin 3 Mei 2021.

Kemudian, komponen konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan terbesar kedua sebanyak 18%. Menurut Azzam, pertumbuhan belanja alat rumah tangga ini dipicu oleh masih maraknya tren bekerja di rumah.

Hal itu yang kemudian memantik masyarakat membelanjakan uangnya demi mendapatkan suasana kerja yang nyaman di rumah.

Secara beriringan, tren bekerja dari rumah yang masih dijalani sebagian besar masyarakat membuat belanja komunikasi dan jasa meningkat 8%.

Lalu komponen belanja berikutnya yang mengalami kenaikan antara lain restoran (6%), kesehatan (5%), makanan dan minuman (4%), transportasi (2%), dan perawatan pribadi (1%).

Sejumlah indikator ini memicu pemerintah memasang target tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021. Presiden Joko Widodo menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya bisa mencapai 7% pada kuartal II-2021.  (RCS)