Pasar Ikan Hamanoeki dan Food Court di Soma
Makroekonomi

Indonesia Miliki Kontrak Ekspor dengan China Sebesar Rp391,90 Miliar

  • Sejumlah komoditi yang diekspor ke China meliputi ikan pakis, cumi, tuna, udang, bawal, kepiting, kerapu hingga layur.

Makroekonomi

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melaporkan Indonesia memiliki kontrak ekspor hasil perikanan dengan China sebesar US$25 juta atau sekitar Rp391,90 miliar (kurs Rp15.676) hingga 2024 mendatang.

"Kontraknya sekitar US$25 juta (Rp391,90 miliar). Ini cukup bagus. Sampai tahun depan (2024), tapi harusnya ini bisa kita besarkan terus," ujar Sakti saat ditemui wartawan di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, Kamis, 9 November 2023 dilansir Antara.

Trenggono menyebutkan sejumlah komoditi yang diekspor ke China meliputi ikan pakis, cumi, tuna, udang, bawal, kepiting, kerapu hingga layur.

Trenggono melaporkan untuk ekspor produk perikanan Indonesia pada 2022 membukukan capaian senilai US$6,2 miliar (Rp97,19 triliun). Pasar utama produk perikanan Indonesia sendiri adalah Amerika Serikat, China dan Jepang.

Sementara capaian ekspor hingga kini telah senilai US$4,3 miliar (Rp67,40 triliun). Walaupun nilai tersebut belum melebihi capaian pada 2022 lalu, namun Trenggono optimistis capaian ekspor akan dapat terus didorong dalam waktu yang tersisa jelang akhir 2023 ini.

"Yang sudah dicapai tahun 2022 itu ada US$6,2 miliar (Rp97,19 triliun). Sekarang sudah US$4,3 miliar (Rp67,40 triliun). Jadi memang turun sedikit ya, tapi kita masih ada beberapa bulan ini, saya kira kita masih bisa kejar minimal sama (dengan tahun 2022)," imbuh Trenggono.

Trenggono menyebutkan penurunan ekspor produk perikanan ke China terjadi karena berkurangnya permintaan di pasar internasional, sementara di sisi lain permintaan pada pasar dalam negeri masi tinggi. 

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo menegaskan target ekspor hasil perikanan pada tahun 2023 adalah US$6,7 miliar (Rp105,03 triliun). Dia juga menjelaskan terjadinya penurunan ekspor ini disebabkan karena sejumlah negara sedang dalam fase pemulihan ekonomi.

"Ini kegiatan perdagangannya agak mengalami perlambatan karena masing-masing negara sedang recovery ekonominya," ujar Budi.

Dalam menghadapi masalah tersebut, pihaknya sedang merancang strategi sebagai usaha untuk meningkatkan pemanfaatan dan konsumsi ikan di Indonesia yang bertujuan agar hasil perikanan dapat memberikan kontribusi ekonomi secara signifikan dan diapresiasi dalam negeri. 

Budi menekankan untuk tidak hanya mengandalkan ekspor, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih banyak membeli ikan, melakukan promosi aktif, serta mengadakan business matching antara asosiasi jasa boga, perhotelan, dan sektor terkait agar dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat.