<p>Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso saat hadir pada Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 2 September 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Fintech

Indonesia Punya 2.100 Start Up, Ini Harapan Bos OJK

  • Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyebutkan, terdapat 2.100 startup di Indonesia sampai dengan September 2021

Fintech

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyebutkan, terdapat 2.100 startup di Indonesia sampai dengan September 2021. 

Dari jumlah tersebut, 7 di antaranya bervaluasi di atas US$ 1 miliar (unicorn) dan dua bervaluasi di atas US$ 10 miliar (decacorn). Tidak hanya jumlahnya yang banyak, sektor yang digarap pun kian luas, seperti fintech, agritech, edutech, healthtech, property tech, sampai e-commerce.

"Kebijakan kita mendorong sangat mendukung hadirnya kebijakan ini karena masyarakat mendapat manfaat paling besar. Terutama di sektor jasa keuangan, OJK berperan sangat strategis mendukung inovasi keuangan dalam satu ekosistem keuangan digital yang terintegrasi," kata Wimboh dalam acara OJK Virtual Innovation Day 2021, Senin 11 Oktober 2021.

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan transformasi digital di sektor keuangan, OJK fokus pada dua hal. Pertama, mendukung memanfaatkan teknologi digital di sektor jasa keuangan dalam rangka pelayanan, produk kepada masyarakat yang murah dan kompetitif.

Kedua, memberikan kemudahan, memperluas akses masyarakat yang belum terakses lembaga keuangan formal (unbankable) dan pelaku UMKM untuk dapat masuk dalam ekosistem digital.

Dengan begitu, harapannya berbagai kebijakan OJK tidak saja dapat dinikmati oleh pelaku di sektor keuangan, tapi pengguna dan pemerintah. OJK juga mendorong layanan digital menjangkau ke lembaga keuangan non bank, termasuk lembaga keuangan mikro, yang di dalamnya ada Bank Wakaf Mikro (BWF) dan sudah masuk dalam platform digital.

Dengan transformasi digital, inklusi keuangan yang terkerek cukup besar pada 2019 menjadi 76,19% dibandingkan dengan 2016 masih di level 67,8%. Ia optimistis target inklusi keuangan mencapai 90% pada 2024 bisa terealisasi.