<p>Ahmad Hilmy Almusawa (22) penyandang tuna netra membaca huruf braille saat memilih biji kopi untuk pesanan pelanggan di gerainya &#8220;Mata Hati Koffie&#8221;, kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. Meski dalam situasi pandemi, Hilmy yang sudah mengalami kebutaan sejak umur 12 tahun ini tetap semangat meracik kopi dengan hati di gerai miliknya sendiri tersebut. Omset yang menurun tidak serta merta menurunkan semangatnya untuk tetap menjalankan bisnisnya dengan sepenuh hati melayani setiap penikmat kopi yang datang tak terkecuali pelanggan setianya. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Indonesia, Starbucks Hingga Illy Ambil Bagian jadi Gugus Tugas Penanganan Krisis Industri Kopi

  • JAKARTA – Indonesia bersama dengan produsen kopi global tengah mendorong pembuatan peta jalan (roadmap) industri. Tujuannya, untuk mencapai keberlanjutan ekonomi bagi sektor kopi global yang inklusif dan berketahanan. Sebab, kini industri kopi tengah dihantui banyak krisis seperti harga kopi, keuangan organisasi, dan ekonomi global akibat pandemi COVID-19. “Tidak hanya untuk menjamin peningkatan konsumsi kopi global, […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Indonesia bersama dengan produsen kopi global tengah mendorong pembuatan peta jalan (roadmap) industri.

Tujuannya, untuk mencapai keberlanjutan ekonomi bagi sektor kopi global yang inklusif dan berketahanan. Sebab, kini industri kopi tengah dihantui banyak krisis seperti harga kopi, keuangan organisasi, dan ekonomi global akibat pandemi COVID-19.

“Tidak hanya untuk menjamin peningkatan konsumsi kopi global, namun juga kesejahteraan hidup dari 25 juta petani kopi di seluruh dunia,” kata Ketua Dewan Organisasi Kopi Internasional (International Coffee Organization/ICO), Imam Pambagyo, dikutip Selasa, 15 September 2020.

Untuk mempercepat tujuan organisasi, ICO membentuk gugus tugas guna menangani berbagai krisi yang tengah dihadapi industri kopi.

Peran Gugus Tugas

Gugus tugas tersebut terdiri atas 15 negara anggota ICO (mewakili 49 negara) dan 16 sektor swasta (termasuk industry champions seperti ECOM Agroindustrial, Nestle, Illy, Olam, Jacobs Douwe Egberts (JDE), Starbucks Coffee, Lavazza, Sucafina, Mercon Coffee Group, Tchibo, Neumann Kaffee Gruppe, dan Volacafe).

“Melalui gugus tugas ini, ICO tidak hanya mendorong peran dan tanggung jawab negara dalam menyelesaikan berbagai tantangan di sektor kopi global, tapi juga melibatkan industri, organisasi internasional, dan bahkan petani,” imbuh Iman.

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ke-4 dunia dengan total produksi mencapai lebih dari 700 ribu ton per tahun dan 10 besar negara konsumen kopi global.

Berdasarkan data ICO, tingkat konsumsi Indonesia tumbuh 44 persen dalam periode sepuluh tahun kopi (Oktober 2008—September 2019). Sementara itu, konsumsi kopi Indonesia per kapita pada periode tahun kopi Oktober 2018-September 2019 mencapai 1,13 kg/tahun.

Pada periode tahun kopi September 2019, pangsa tingkat konsumsi Indonesia di antara negara produsen di kawasan Asia dan Oseania merupakan yang tertinggi, yaitu 13,5%. Sementara itu, pangsa tingkat konsumsi Indonesia di dunia pada tahun yang sama merupakan yang tertinggi ke-5, yaitu sebesar 2,9%.