<p>Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock</p>
Nasional

Indonesia Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Tiga Pilar Ini Jadi Andalan

  • Airlangga menyampaikan target pertumbuhan ekonomi ini akan dicapai melalui tiga pilar utama, yakni menjaga konsumsi, mendorong investasi tumbuh sekitar 10 persen, serta meningkatkan ekspor hingga 9 persen.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, pemerintah Indonesia telah menyusun strategi yang diharapkan mampu membawa perekonomian nasional ke tingkat yang lebih tinggi. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan strategi ambisius ini termotivasi oleh keberhasilan Indonesia tahun 1995, saat pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor manufaktur, otomotif, konstruksi, jasa, dan investasi. 

Airlangga menyampaikan target pertumbuhan ekonomi ini akan dicapai melalui tiga pilar utama yakni menjaga konsumsi, mendorong investasi tumbuh sekitar 10 persen, serta meningkatkan ekspor hingga 9 persen. 

Strategi tersebut diklaim dapat mempertahankan permintaan domestik, menggerakkan sektor-sektor prioritas, dan membuka lebih banyak kesempatan kerja.

“Oleh karena itu, yang harus kita dorong adalah konsumsi tetap harus kita jaga, investasi harus tumbuh sekitar 10 persen, dan ekspor tumbuh 9 persen,”  tegas Airlangga, di Jakarta, dikutip Jumat, 8 November 2024.

Sektor Prioritas dan Transisi Energi

Pemerintah telah menetapkan beberapa sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Sektor-sektor tersebut mencakup hilirisasi sumber daya alam, pariwisata, jasa, ekonomi digital, konstruksi dan perumahan, serta pengembangan ekonomi baru seperti semikonduktor dan energi terbarukan. 

Salah satu visi jangka panjang pemerintah adalah menjadikan Indonesia sebagai produsen energi hijau terbesar di dunia, mengingat besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki.

Pulau Jawa menjadi penyumbang terbesar pergerakan ekonomi melalui sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Airlangga menyebut bahwa hilirisasi sumber daya alam telah memberikan kontribusi nyata pada pertumbuhan, terutama di Papua Barat dan Sulawesi Tengah, di mana kedua daerah ini mencatat pertumbuhan tertinggi karena didukung industri pengolahan dan pertambangan.

“Ini membuktikan bahwa dengan industrialisasi dan hilirisasi kita bisa maju. Ini juga yang membuat Bapak Presiden yakin bahwa pertumbuhan 8 persen kita bisa capai,” tambah Airlangga.

Pemerintah juga menyoroti pentingnya meningkatkan efisiensi investasi, yang dicapai dengan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Pemanfaatan infrastruktur yang ada serta peningkatan konektivitas di berbagai wilayah diharapkan dapat mengurangi biaya produksi dan memperkuat daya saing ekonomi nasional.

Di sisi lain, penyediaan pendidikan vokasi dan program pelatihan untuk upskilling dan reskilling tenaga kerja juga menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah berkomitmen menyediakan fasilitas ini di kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) guna memastikan tenaga kerja Indonesia memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Stabilitas konsumsi rumah tangga tetap menjadi salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan tingkat inflasi yang rendah, konsumsi rumah tangga diprediksi stabil hingga akhir 2024. 

Pada tahun 2025, konsumsi rumah tangga diproyeksikan meningkat seiring dengan terkendalinya inflasi dan penurunan BI-Rate lebih lanjut. Pada saat yang sama, ekspor neto diperkirakan stabil pada 2024 dan berpotensi tumbuh pada 2025 karena efek dasar yang rendah serta peningkatan kebutuhan barang modal untuk investasi.

Pembandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Negara Lain

Airlangga turut membandingkan pertumbuhan Indonesia dengan beberapa negara besar, menunjukkan bahwa meskipun melambat, pertumbuhan Indonesia (4,95 persen) tetap lebih tinggi dari negara-negara seperti Singapura (4,1 persen), Arab Saudi (2,1 persen), AS (2,8 persen), dan Meksiko (1,5 persen) pada triwulan III 2024. Capaian ini juga dibarengi inflasi yang rendah sebesar 1,7 persen pada Oktober 2024 dan rasio utang terkendali di angka 39,4 persen.

“Namun, kalau dibandingkan dengan negara lain, kita lihat Singapura juga relatif rendah di 4,1 persen, Arab Saudi sebesar 2,1 persen, Amerika Serikat sebesar 2,8 persen, dan Meksiko sebesar 1,5 persen,” jelas Airlangga.

Jika langkah-langkah ini berhasil dijalankan, Indonesia akan mengukuhkan posisinya sebagai negara dengan ekonomi yang semakin tangguh dan mandiri di tengah persaingan global yang kian ketat.