Ilustrasi PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK).
Fintech

Induk usaha Finfolk Raup Dana Rp57 Miliar dari IPO, Ini Rencana Bisnisnya

  • Induk usaha dari start up finansial PT Finfolk Media Nusantara menerbitkan 570 juta saham dalam IPO.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Dengan mengusung bisnis di ekonomi kreatif dan omnichannel ritel, PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK) sukses meraih dana Rp57 miliar dari initial public offering (IPO).

Peraihan dana tersebut diumumkan setelah FOLK resmi melantai perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini, Senin, 7 Agustus 2023.

Dalam aksi IPO-nya, perseroan yang merupakan induk usaha dari start up finansial PT Finfolk Media Nusantara ini menerbitkan 570 juta lembar saham baru atau setara dengan 14,4% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dengan harga penawaran Rp100 perlembar. FOLK juga menerbitkan 285 juta waran seri I yang bisa menjadi saham baru dengan nominal Rp200 perlembar.

Rencana Pengunaan Dana

Dana IPO FOLK rencananya akan digunakan sekitar 22,69%-nya untuk penyetoran modal kepada PT Finfolk Media Nusantara (FMN).

Kemudian, sekitar 18,85% dana penawaran umum akan digunakan perseroan untuk membayar jasa kontraktor, renovasi gedung kantor, serta pembuatan studio, ruang pertemuan, dan juga pembelian peralatan perlengkapan. Selanjutnya, sekitar 17,65% dana IPO akan digunakan FOLK untuk memborong saham PT Untung Selalu Sukses (USS).

Lalu, 12,5% akan dipinjamnkan kepada PT Drsoap Global Indonesia (DGI), 12% untuk PT Amazara Indonesia Mudakarya (AIM), dan 6,6% akan disalurkan kepada PT Syca Kreasi Indonesia (SKI).

Komisaris Utama FOLK Bong Chandra mengatakan, perseroan memiliki lima tangga dalam roadmap besar yang dirancang untuk lima tahun ke depan. IPO ini sendiri, kata Bong, hanya tangga pertama dalam rencana bisnis jangka panjang ini.

"Berbekal manajemen tim muda dan inovatif serta co-founder dengan rekam jejak yang baik, kami yakin FOLK Group akan menjadi katalis di industri kreatif Indonesia," ujar Bong dalam seremoni pencatatan saham FOLK di BEI, Jakarta, Senin, 7 Agustus 2023.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama FOLK Danny Sutradewa mengatakan bahwa saat ini perseroan sedang memasuki babak baru dengan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik.

"Langkah berikutnya adalah fokus untuk memperbesar ekosistem FOLK di sektor new media dan konsumer secara organik dan anorganik. Mimpi kami masih sangat besar, dan ini baru permulaan," kata Danny.  

FOLK Group sendiri beroperasi pada dua industri utama, yaitu new media dan consumer. Lewat entitas anak usahanya, FOLK mengedepankan tiga pilar utama yang menjadi fondasi inti dari bisnis perseroan.

Pilar pertama adalah new media commerce, yakni model bisnis media kekinian yang berbasis pada pembuat konten (content creator) yang didistribusikan melalui platform digital, termasuk lewat media sosial.

Perseroan saat ini telah menjangkau audiensnya melalui tiga segmen media, yaitu Finfolk (edukasi), R66 Media (olahraga dan hiburan), serta USS Networks (gaya hidup dan kebudayaan). Pilar yang kedua adalah adalah omnichannel retail brands yang terdiri dari Amazara, SYCA, dan Dr Soap.

Kemudian, pilar bisnis yang terakhir adalah kekayaan intelektual (intellectual property/IP) dan komunitas, yang mana FOLK dan entitas anak telah membangun dan memiliki beberapa IP yang menjadi keunggulan kompetitif, khususnya di ekosistem ekonomi kreatif yang mencakup gaya hidup, fesyen, olahraga, hingga event seperti Finfolk Conference, Genesis Dogma, dan sebagainya.

Dari Januari hingga Juli 2023, FOLK telah menjual lebih dari 149 ribu produk, dan perseroan telah melayani lebih dari 500 ribu pelanggan unik sejak awal berdiri.

Tercatat ada 20 lebih merek dan IP yang dimiliki oleh FOLK sementara beberapa kanal media di ekosistem FOLK telah menghimpun lebih dari 352 juta tontonan hingga Juli 2023.

Kinerja Keuangan

Dalam empat tahun terakhir, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) pada pendapatan perseroan tercatat tumbuh 224%. Sementara itu, CAGR laba bersih FOLK mengindikasikan pertumbuhan 248% pada rentang 2019-2022.

Pada tahun 2022, FOLK mencatat pendapatan sebesar Rp40,24 miliar dengan peraihan laba bersih Rp5,2 miliar.

Sementara itu, pada akhir 2022, perseroan mencatat aset sebesar Rp76,05 miliar, naik 5,7% dari Rp71,9 miliar yang tercatat pada akhir 2021.

Kemudian, liablitas FOLK pada 2022 tercatat sebesar Rp3,44 miliar, turun drastis hingga 77% dari Rp15,38 miliar yang tercatat pada akhir 2021.

Dengan demikian, total ekuitas FOLK pada akhir 2022 tercatat sebesar Rp72,6 miliar, melonjak 28% dari Rp56,52 miliar yang dibukukan perseroan pada 2021.

Pada tahun 2022, tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity/ROE) FOLK berada di level 7,16%, dan tingkat pengembalian atas aset (return on asset/ROA) 6,84%.