<p>Karyawan beraktivitas di dekat logo sejumlah asuransi umum di Jakarta, Senin, 28 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
IKNB

Industri Asuransi Berpotensi Panen Premi dari Program Makan Gratis dan Lumbung Pangan

  • Pemerintah dan industri asuransi memiliki peluang besar untuk bekerja sama dalam mengurangi kesenjangan perlindungan (protection gap) di sektor pertanian.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) optimistis bahwa sektor perdagangan akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan kinerja industri asuransi umum di bawah pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto. 

Sejumlah program strategis yang digagas pemerintah, seperti inisiatif makan bergizi gratis dan pengembangan perdagangan lokal, dinilai berpotensi besar dalam meningkatkan permintaan asuransi umum, khususnya asuransi pengiriman barang (marine cargo). 

Menurut Direktur Eksekutif AAUI, Bern Dwyanto, pertumbuhan sektor perdagangan akan terpengaruh oleh aktivitas pembelian bahan baku dan distribusi barang yang terintegrasi dalam program-program tersebut. 

"Kami melihat potensi besar dari sektor perdagangan, terutama terkait pembelian bahan baku. Program makan gratis, misalnya, melibatkan distribusi barang yang akan berdampak pada peningkatan perdagangan dan pengiriman barang. Ini tentunya akan mendongkrak permintaan asuransi," ujar Bern saat menghadiri konferensi pers Hari Asuransi ke-18 2024 pada pekan lalu. 

Program makan gratis yang dicanangkan pemerintah akan membutuhkan pengadaan bahan baku secara besar-besaran, sehingga meningkatkan aktivitas distribusi barang ke berbagai daerah.

Hal ini diyakini akan memberikan dampak positif terhadap permintaan asuransi pengiriman barang. Sektor perdagangan yang tumbuh secara signifikan akan mendorong peningkatan premi asuransi di Indonesia, khususnya dalam kategori asuransi umum dan pengiriman barang. 

Tantangan Geopolitik dalam Asuransi Pengiriman Barang 

Meski terdapat peluang besar dari sektor perdagangan, Bern Dwyanto mengakui bahwa kondisi geopolitik global masih menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh industri asuransi umum, khususnya yang terkait dengan asuransi pengiriman barang melalui laut (marine cargo). 

Kendati demikian, Bern menilai dampak dari tantangan tersebut masih relatif minim terhadap kinerja industri asuransi umum. "Kalau kita lihat, dampaknya belum terlalu besar. Ada pengaruhnya, tapi menurut saya tidak signifikan. Industri asuransi marine cargo masih berjalan dengan cukup baik," jelas Bern. 

Namun, dia menekankan pentingnya upaya negosiasi dan diplomasi internasional untuk melindungi kapal-kapal Indonesia yang beroperasi di wilayah rawan konflik. Bern menyarankan agar pemerintah terus membangun hubungan baik dengan negara-negara mitra guna menjaga kelangsungan pelayaran dan perdagangan internasional. 

Pembangunan Lumbung Pangan dan Peluang Asuransi Pertanian 

Selain sektor perdagangan, pemerintahan Prabowo Subianto juga berkomitmen melanjutkan pembangunan lumbung pangan atau food estate di tiga provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur. 

Program lumbung pangan ini mencakup proyek-proyek besar di bidang pertanian, seperti pencetakan sawah baru seluas 250.000 hektare, pengembangan kawasan jagung seluas 285.000 hektare, pembangunan bendungan, serta jaringan irigasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian nasional.

Bagian penting dari program ini adalah asuransi pertanian yang mencakup lahan seluas 1 juta hektare. Hal ini membuka peluang besar bagi perusahaan asuransi untuk terlibat dalam program asuransi usaha tani yang semakin berkembang. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, menyatakan bahwa pemerintah dan industri asuransi memiliki peluang besar untuk bekerja sama dalam mengurangi kesenjangan perlindungan (protection gap) di sektor pertanian. 

Menurut Ogi, meski program asuransi usaha tani padi yang dikelola oleh perusahaan BUMN sudah berjalan, cakupan program ini masih terbatas, hanya melibatkan sekitar 400.000 petani pada tahun 2023. 

"Potensi pengembangan asuransi pertanian di Indonesia masih sangat besar. Industri asuransi sudah memiliki beberapa produk terkait pertanian, seperti asuransi parametrik yang dikembangkan oleh 10 perusahaan asuransi umum nasional. Secara kesiapan, industri asuransi Indonesia sudah siap mendukung program ini," jelas Ogi melalui jawaban tertulis beberapa waktu lalu. 

Sinergi dan Pembentukan Konsorsium untuk Asuransi Tani 

Untuk memperluas cakupan asuransi tani, Ogi menyarankan adanya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pertanian, Bappenas, dan stakeholder lainnya. 

Ia juga menyoroti pentingnya pembentukan konsorsium dalam pengelolaan program asuransi pertanian, guna membagi risiko dan memastikan keberlanjutan program ini dalam jangka panjang. 

"Skema konsorsium baik bukan hanya untuk pembagian kue bisnis, tetapi juga pembagian risiko yang disesuaikan dengan kapasitas masing-masing perusahaan asuransi," tambah Ogi. 

Melalui konsorsium, berbagai perusahaan asuransi dapat berkontribusi dalam program ini sesuai dengan kapasitas mereka, sehingga risiko dapat dikelola dengan lebih baik. 

Masa Depan Cerah Asuransi Pertanian 

Dengan program lumbung pangan yang terus berkembang, potensi pertumbuhan pasar asuransi pertanian di Indonesia sangat besar. Ogi optimistis bahwa sinergi antara pemerintah, industri asuransi, dan pemangku kepentingan lainnya akan memperkuat penetrasi asuransi pertanian di masa mendatang. 

Meskipun cakupan asuransi pertanian di Indonesia saat ini masih terbatas, peluang untuk memperluasnya sangat besar. Proyek-proyek seperti pencetakan sawah baru, pengembangan kawasan jagung, dan peningkatan lahan pertanian produktif akan membutuhkan dukungan asuransi yang kuat. Selain melindungi petani dari risiko, asuransi pertanian juga dapat mendukung ketahanan pangan nasional.