Phapros
Industri

Industri Farmasi Indonesia Diprediksi akan Tumbuh, Phapros Juaranya

  • Indikasi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan pasca COVID-19, peningkatan belanja pemerintah untuk kesehatan, dan adanya transformasi digital dari para pelaku industri farmasi.

Industri

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - Industri farmasi di Indonesia diprediksi akan tumbuh positif sepanjang tahun. Indikasi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan pasca COVID-19, peningkatan belanja pemerintah untuk kesehatan, dan adanya transformasi digital dari para pelaku industri farmasi.

Investment analyst dari BNI Life Insurance, Salvian Fernando, menyebutkan Indonesia masih konsisten dengan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat inflasi per Juli yang lalu di angka 3.08 persen.  Data dari Bloomberg pun menunjukkan bahwa probabilitas Indonesia untuk mengalami resesi hanya 2 persen, jauh lebih rendah dibanding negara-negara lainnya.

“Inflasi kita terkendali sesuai target pemerintah antara 2-4 persen. Dari sisi industri kesehatan, belanja anggaran pemerintah melalui program JKN KIS mengalami peningkatan secara jumlah peserta. Prosentasenya sudah mencapai 90 persen, yang artinya mayoritas penduduk Indonesia sudah punya Kartu Indonesia Sehat,” tutur Salvian.

Salvian memaparkan pemerintah mengalokasikan Rp205 triliun untuk sektor kesehatan yang mengindikasikan bahwa secara konsisten pemerintah berupaya untuk meningkatkan program-program kesehatan untuk masyarakat. APBN disebut menjadikan kesehatan sebagai pos prioritas untuk ditingkatkan. “Kedepannya, pemerintah akan lebih serius meningkatkan infrastruktur kesehatan,” ujar Salvian.

Selain itu indikasi lainnya adalah perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses fasilitas dan produk kesehatan juga cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor farmasi. Berdasarkan data yang dirilis Ciptadana Sekuritas, terdapat peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit pasca COVID-19.

“Preventive spending ini isinya berkaitan dengan vitamin, fitness, treatment kesehatan dan lainnya. (Apalagi) persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi pada tahun 2022, mencapai 29.94 persen. Hal tersebut merupakan katalis bagi perusahaan farmasi seperti Phapros,” imbuhnya.

Phapros Stabil Sejak 2015

Dilihat dari aspek fundamental pendapatan, Salvian mengamati saham Phapros (PEHA) menunjukkan kecenderungan stabil sejak tahun 2015. Meskipun mengalami dampak dari pandemi COVID-19 pada tahun 2020, situasinya membaik setelah pandemi. Pertumbuhan pendapatan (revenue growth) pada tahun 2022 mencapai 11 persen. Nilai itu disebut Salvian lebih baik dibandingkan dengan pesaing lainnya. Dari segi gross profit, kinerja PEHA juga solid dengan angka 12 persen.

Salvian juga mengapresiasi  pertumbuhan yang signifikan dari sisi net income PEHA. “Dan juga secara konsisten membagi dividennya, yang paling rendah 40 persen dan paling tinggi 70 persen. Ini adalah nilai plus bagi Phapros.”

Phapros juga dinilai telah menjalani mandat pemerintah dengan memprioritaskan pemasok lokal dibandingkan dari luar. Terdapat 532 pemasok lokal, sementara yang internasional hanya 18. Dari sisi market share, terjadi peningkatan 0.9 persen melebihi kompetitor-kompetitornya. Sebagai perbandingan juga, nett income growth Phapros mencapai 153,55 persen, jauh lebih unggul dibanding perusahaan farmasi yang menjadi peers-nya.

Corporate Secretary PT Phapros Tbk, Zahmilia Akbar, mengatakan pandemi memberikan dampak terhadap bisnis Phapros dan mendorong manajemen untuk mengadopsi hal-hal baru seperti digitalisasi operasional. 

Phapros juga menerapkan digitalisasinya pada pemasaran yang sebelumnya dilakukan secara manual, bertransformasi dengan menggunakan teknologi digital. “Kami mengembangkan aplikasi-aplikasi sendiri. Fokus kami adalah produk yang memiliki kinerja terbaik dari sisi net profit,” ujar Zahmilia.

Strategi-strategi yang diterapkan oleh Phapros kemudian memberikan hasil yang memuaskan dilihat dari pertumbuhan produk generik yang mencapai angka 29.3 persen di mana secara nasional hanya tumbuh 15 persen. “Terbukti strategi kami pada masa pandemik tidak saja membuat Phapros bertahan, tapi juga bertumbuh,” tutup Zahmilia.