<p>Perajin menyelesaikan pembuatan produk keramik rumahan  berbahan tanah liat di Jurang Mangu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin, 18 Januari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
BisnisAsia

Industri Keramik Nasional Ditargetkan Masuk Peringkat Empat di Dunia

  • JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan posisi industri keramik nasional naik menjadi produsen keempat terbesar di dunia. Pemerintah dalam hal ini akan menyusun program substitusi impor 35% pada 2022.  “Implementasinya didukung dengan pengendalian tata niaga impor keramik. Selain itu, ada pula pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,” ungkapnya […]

BisnisAsia
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan posisi industri keramik nasional naik menjadi produsen keempat terbesar di dunia. Pemerintah dalam hal ini akan menyusun program substitusi impor 35% pada 2022. 

“Implementasinya didukung dengan pengendalian tata niaga impor keramik. Selain itu, ada pula pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Selasa, 26 Januari 2021.

Kemudian, minimum import price (MIP) untuk ubin keramik serta pemberlakuan SNI juga akan diperketat. Menurutnya, adanya penurunan harga gas tertentu bagi sektor manufaktur akan mendatangkan peluang rebound di industri keramik sebagai sektor yang manfaat insentif.

Saat ini, utilisasi industri keramik 2020 secara akumulatif mencapai 56%. Seperti diketahui, per kuartal IV-2020 angkanya sudah mulai kembali normal mencapai 70%. Hal ini juga didukung oleh faktor penurunan harga gas sebesar US$6 per MMBTU.sehingga membuat volume ekspor meningkat 29% pada kuartal III-2020.

Sebelumnya, lanjut Agus, pihaknya juga telah berdiskusi dengan Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI) terkait kebijakan substitusi impor. Tercatat hingga saat ini, sebanyak 37 perusahaan keramik tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. 

Adapun total kapasitas produksi yang dihasilkan sebesar 537 juta m2 atau 8,14 juta ton per tahun, dengan penyerapan tenaga kerja hingga 150 ribu orang.

Sementara itu, jumlah anggota ASAKI sendiri mencapai 71 perusahaan, mencakup industri ubin keramik, keramik tableware, saniter, genteng (roof tile), dan industri pendukung lainnya.

Utilisasi kapasitas produksi tahun ini pun diprediksi tumbuh di level 74-75%, meningkat dibandingkan dengan 2020 sebesar 56%. 

“Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik kita mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun, hal ini juga terus didorong dengan pemanfaatan teknologi modern guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif,” ujarnya.