Industri Makanan Minuman Belum Pulih, Apa Tantangannya?
- Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasamita, mengatakan salah satu industri yang belum kembali ke pasca pandemi ialah industri makan dan minum.
Nasional
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasamita, mengatakan salah satu industri yang belum kembali ke pasca pandemi ialah industri makan dan minum.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) di kuartal III-2022 mencapai 3,57% secara tahunan (yoy.) Hal ini membuat pemerintah akan terus mengembalikan kejayaan industri mamin seperti sebelum pandemi.
“Industri sebelum COVID-19 sektor yang tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Ini yang akan kami kembalikan,” ujar Agus dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.
- OJK 'Izinkan' Bank Mini Lewati Deadline Pemenuhan Modal Inti Minimum Akhir 2022, Ini Syaratnya
- Tren Quick Commerce, Lebih Unggul GoSend Atau Grab Express?
- Masuk Industri Motor Listrik, Intip Prospek Kinerja Distributor Sepeda United (BIKE)
Dihubungi di tempat berbeda, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan sektor mamin merupakan sektor yang besar namun peningkatannya relatif tipis.
Meski begitu Kemenperin akan terus mengupayakan agar semua industri dapat tumbuh dengan baik. Ia mengemukakan alasan mengapa industri mamin terkesan stagnan.
"Industri ini baru mulai pulih dari pandemi, dengan mobilitas yang sempat dibatasi membuat restoran hingga pusat perbelanjaan sepi pembeli hal itu menjadi pukulan untuk industri tak terkecuali makanan dan minuman," ujar Putu kepada TrenAsia pada Selasa, 15 November 2022.
Kedua adanya gelaran G20, kenaikan harga di akhir tahun hingga Nataru diakui Putu dapat menjadi tantangan yang menghambat pertumbuhan industri ini. Selanjutnya hari keagamaan dan pesta demokrasi diwaspadai akan mempengaruhi mamin.
Adakah Potensi PHK di Sektor Makanan Minuman
Menurut Putu, kinerja ekspor produk mamin juga tak kalah bagus. pada Januari hingga September 2022, ekspor mamin
mencapai US$36 miliar atau Rp559,4 triliun (termasuk minyak kelapa sawit), sedangkan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar US$12,77 Miliar atau Rp198,43 triliun. Jadi Kekawatiran PHK seperti industri tekstil dinilai Putu kecil
"Kekawatiran PHK nggak karena investasi dan kebutuhan meningkat kalau mamin Indonesia banyak melakukan ekspor hasil sawit turunannya dan makanan," tandas putu