Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran. Pameran otomotif IIMS 2024 yang berlangsung 15-25 Pebruari itu diikuti 53 merek kendaraan dan 187 peserta dari berbagai sektor dengan target transaksi mencapai Rp5,3 triliun. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
IKNB

Industri Otomotif Lesu, Laba Bersih Adira Finance (ADMF) Turun 17 Persen

  • Penurunan kinerja industri otomotif turut berdampak pada pembiayaan yang disalurkan oleh Adira Finance, yang mencatatkan penurunan pembiayaan baru sebesar 9% secara tahunan menjadi Rp27,8 triliun hingga September 2024.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF) mencatat penurunan laba bersih sebesar 17% secara tahunan sepanjang sembilan bulan berjalan pada tahun 2024 (9M24) tatkala penjualan otomotif tengah melesu. 

Ketidakpastian ekonomi global terus berlanjut seiring dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perlambatan aktivitas manufaktur di Asia, serta melemahnya permintaan, khususnya di China. 

Meskipun demikian, pasar keuangan global mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Hal ini terjadi berkat kebijakan Federal Reserve yang menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, menjadi 4,75%-5,00% pada September 2024, yang turut meredakan tekanan likuiditas di pasar keuangan.

Indonesia juga tak terlepas dari dampak ketidakpastian global ini. Penurunan kinerja sektor manufaktur dan berkurangnya jumlah kelas menengah di tanah air berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal ketiga 2024. 

Meski begitu, Kementerian Keuangan tetap optimis, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2024 yang diperkirakan tetap berada di kisaran 5%. 

Sementara itu, tingkat inflasi domestik terjaga pada level 2,51%, dan nilai tukar Rupiah menguat selama tiga bulan terakhir, mencapai Rp15.260 per-dolar Amerika Serikat (AS) pada September 2024. 

Didukung oleh stabilitas inflasi dan penguatan Rupiah, Bank Indonesia mengambil langkah menurunkan suku bunga BI7DRR sebesar 25 basis poin menjadi 6,00% pada September 2024.

Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, kinerja industri otomotif di Indonesia masih menunjukkan pelemahan hingga September 2024. Penjualan ritel mobil baru tercatat turun sebesar 12% secara tahunan, menjadi 657 ribu unit, sementara penjualan sepeda motor baru hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 5% menjadi 4,7 juta unit.

Baca Juga: Semakin ‘Hijau’, Masjid Istiqlal Kini Punya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik lewat Kolaborasi Adira, IGF, dan HVT

Dampak kepada Kinerja Pembiayaan Adira Finance

Penurunan kinerja industri otomotif turut berdampak pada pembiayaan yang disalurkan oleh Adira Finance, yang mencatatkan penurunan pembiayaan baru sebesar 9% secara tahunan menjadi Rp27,8 triliun hingga September 2024. 

"Penurunan ini terutama terjadi pada segmen otomotif, mengingat sektor tersebut saat ini memang sedang lesu," kata Dewa Made Susila, Direktur Utama Adira Finance melalui pernyataan tertulis, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024. 

Namun, ia menambahkan bahwa Adira Finance tetap mencatatkan pertumbuhan di segmen non-otomotif, dengan pembiayaan baru mencapai Rp6,8 triliun. Segmen multiguna menjadi penyumbang terbesar dalam pembiayaan non-otomotif perusahaan.

Sementara itu, total piutang pembiayaan yang dikelola oleh Adira Finance, termasuk pembiayaan bersama, tumbuh sebesar 7% secara tahunan menjadi Rp56,6 triliun hingga September 2024. 

Selain pembiayaan konvensional, Adira Finance juga berkontribusi dalam pengembangan pembiayaan syariah, dengan total pembiayaan baru segmen syariah mencapai Rp5,9 triliun, atau sekitar 21% dari total pembiayaan baru perusahaan. 

Sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk mendukung transisi energi bersih, Adira Finance juga menyediakan pembiayaan untuk kendaraan listrik, mencakup mobil dan sepeda motor listrik. 

Hingga September 2024, total pembiayaan baru untuk kendaraan listrik mencapai Rp290 miliar, sejalan dengan dorongan pemerintah untuk mempercepat penggunaan kendaraan ramah lingkungan.

Kinerja Keuangan Adira Finance pada 9M24

Dari sisi keuangan, Adira Finance berhasil mencatatkan total pendapatan sebesar Rp7,5 triliun pada sembilan bulan pertama 2024, meningkat sebesar 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Namun, total beban perusahaan juga meningkat sebesar 18% secara tahunan menjadi Rp6,1 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan biaya pendanaan dan biaya kredit. 

Akibatnya, laba bersih perusahaan setelah pajak tercatat sebesar Rp1,1 triliun, atau turun 17% secara tahunan. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing berada pada level 5,7% dan 13,5%.

Strategi Pendanaan dan Penerbitan Obligasi

Untuk mendukung keberlanjutan usahanya, Adira Finance terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan. Selain dukungan dari pembiayaan bersama dengan Bank Danamon, Adira Finance juga mendapatkan pinjaman dari bank dalam negeri dan luar negeri, serta melalui penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah. 

Hingga September 2024, porsi pembiayaan bersama mencapai 48% dari total piutang yang dikelola. Total pinjaman perusahaan pun meningkat sebesar 24% secara tahunan menjadi Rp19,2 triliun, yang terdiri dari pinjaman bank dan obligasi dengan rasio 66:34. Gearing ratio perusahaan pada September 2024 tercatat sebesar 1,9 kali.

Pada Oktober 2024, Adira Finance berhasil menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap IV Tahun 2024 senilai Rp2 triliun, yang mengalami kelebihan permintaan hingga 2,3 kali. 

Selain itu, Adira Finance mempertahankan peringkat internasional Baa1/stable dari Moody's, yang berada satu tingkat di atas peringkat kredit negara Indonesia.