Industri Pengolahan Dominasi Nilai Ekspor Jateng, Nilainya Capai Rp12 Triliun
- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah merilis nilai ekspor untuk beberapa komoditas di wilayah Jawa Tengah. Tercatat pada semester I-2023, nilai ekspor mencapai US$5.937,25 juta.
Nasional
JAKARTA – Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah merilis nilai ekspor untuk beberapa komoditas di wilayah Jawa Tengah. Tercatat pada semester I-2023, nilai ekspor mencapai US$5.937,25 juta atau kisaran Rp90 triliun (asumsi kurs Rp15.300 per dolar AS).
Menurut BPS Jateng, pada Juli 2023, ekspor terbanyak Jateng banyak disumbang oleh sektor industri pengolahan yang nilainya mencapai US$817,27 juta (Rp12 triliun). Kemudian, ekspor sektor pertanian juga mampu mengumpulkan nominal US$16,34 juta (Rp251 miliar) dan sektor migas sebesar US$31,43 juta (Rp483 miliar). Lalu, ekspor nonmigas di Jateng dikatakan menyumbang 96,47% dari nilai total ekspor Juli 2023.
Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan ekspor nonmigas terbanyak pada Juli 2023 adalah Amerika Serikat sebesar US$333,55 juta dengan market share sebesar 40,01% terhadap total ekspor nonmigas.
- Inilah Berbagai Fitur Unggulan yang Ditawarkan iPhone 15 Pro Max, Tertarik Beli?
- Potensi Investasi Rp5,4 Triliun, Kementerian ATR Prioritaskan RDTR di Bergas Semarang
- Deretan Investor yang Awali Groundbreaking di IKN
“Negara tujuan ekspor Jateng berikutnya adalah Jepang sebesar USD 80,32 juta dengan market share 9,63 persen dan disusul Tiongkok sebesar USD 51,56 juta dengan market share 6,18 persen,” ujarnya dikutip Jumat 22 September 2023.
Dadang menjelaskan, untuk ekspor ke negara di kawasan ASEAN mencapai 6,58 persen atau sebesar US$54,90 juta pada Juli 2023. Sedang untuk ekspor ke kawasan Uni Eropa sebesar 11,77 persen atau senilai USD 98,10 juta.
“Nilai ekspor Jawa Tengah pada bulan Juli 2023 mencapai US$865,16 kita, atau naik 0,53% bila dibandingkan Juni 2023 yang tercatat US$860,63 juta. Kalau dibandingkan tahun sebelumnya secara yoy nilai ekspor Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 15,45%,” papar Dadang.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, untuk nilai impor Jateng mencapai US$1.184,64 juta mengalami kenaikan sebesar 24,45$ bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$951,93 juta.
“Negara pengimpor terbesar di Jateng untuk komoditas nonmigas adalah Tiongkok sebesar US$318,75 juta, kemudian diikuti Amerika Serikat sebesar US$59,22 juta dan Vietnam sebesar US$32,52 juta,” jelasnya.
Strategi Ekspor Indonesia
Belum lama ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak ekspor di tengah animo hilirisasi komoditas unggulan. Oleh karenanya perlu strategi ekspor lebih diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan iklim usaha yang kondusif.
Terkait Penetrasi pasar untuk produk hasil hilirisasi, saat ini Kemendag lebih mengutamakan ke negara-negara yang menjadi pasar ekspor nontradisional. Hal ini akibat pelemahan ekspor terbesar terjadi di negara-negara traditional market seperti Eropa Utara, Eropa Timur dan Karibia.
Kendati demikian, menurut Data Kemendag hingga Juni 2023, sejumlah kawasan tujuan ekspor Indonesia, justru mengalami pertumbuhan signifikan seperti ekspor ke Asia Tengah naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen dan Asia Barat naik 11,35 persen secara bulanan.
Dari data tersebut, diketahui terdapat lima mitra dagang Indonesia dengan sumbangsih pertumbuhan ekspor tertinggi selama paruh pertama 2023 yakni Kamboja, Meksiko, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Spanyol.
Dengan demikian, perlu ditingkatnya akses pasar ekspor yang dilakukan melalui perjanjian perdagangan dan misi dagang. Seiring itu, juga perlu peningkatan literasi digital usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi fokus Kemendag untuk mendongkrak jumlah eksportir baru.