Industri RI Rebound, PMI Manufaktur Juli Naik Jadi 46,9
JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat purchasing managers index (PMI) manufaktur Juli 2020 naik ke level 46,9, naik 7,8 poin dari bulan Juni di posisi 39,1. Naiknya PMI manufaktur mengindikasikan mulai bergeliatnya aktivitas industri Tanah Air sejak mulai merosot pada Februari 2020 lalu. “Kita sudah melihat adanya pertumbuhan, dan berangsur-angsur rebound selama masa pandemi ini,” kata Menteri […]
Industri
JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat purchasing managers index (PMI) manufaktur Juli 2020 naik ke level 46,9, naik 7,8 poin dari bulan Juni di posisi 39,1.
Naiknya PMI manufaktur mengindikasikan mulai bergeliatnya aktivitas industri Tanah Air sejak mulai merosot pada Februari 2020 lalu.
“Kita sudah melihat adanya pertumbuhan, dan berangsur-angsur rebound selama masa pandemi ini,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dengan terus positifnya kinerja industri manufaktur, Agus optimistis PMI manufaktur dapat kembali ke titik ekspansif di kisaran level 50. Agus menyebut PMI Februari lalu bahkan menyentuh level 51,9 sebelum akhirnya melesu akibat pandemi COVID-19.
Realisasi Investasi
Perbaikan ekonomi tidak hanya tercermin dari terkatrolnya PMI manufaktur. Pertumbuhan investasi di sektor industri sepanjang semester I-2020 juga tercatat naik 24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Dari Rp104,6 triliun menjadi Rp129,6 triliun,” rinci Agus.
Bahkan, pada periode Januari hingga Juni 2020, industri pengolahan non migas masih menjadi kontributor terbesar terhadap capaian nilai ekspor nasional.
Total nilai pengapalan produk sektor manufaktur mampu menembus hingga US$60,76 miliar atau menyumbang 79,52% dari keseluruhan angka ekspor nasional yang mencapai US$76,41 miliar.
Untuk terus menggenjot pemulihan di sektor industri, Kemenperin telah mengusulkan berbagai stimulus ekonomi antara lain penurunan harga gas dan fasilitas keringanan biaya listrik bagi sektor industri.
Meski didorong untuk kembali bergerak, Agus menegaskan perusahaan harus dapat menjalankan komitmen adaptasi dengan kebiasaan baru dalam melakukan operasional pabrik, seperti penerapan protokol kesehatan di lingkungan kerja.
Pasalnya, kepatuhan terhadap protokol kesehatan merupakan langkah pencegahan agar sektor industri manufaktur terhindar dari klaster COVID-19.
Kepala Ekonom HIS Markit, Bernard Aw mengatakan dampak terburuk pandemi COVID-19 paling terasa di kuartal II-2020. Namun, Bernard optimistis dengan upaya pemerintah melalui berbagai relaksasi dan langkah penanganan COVID-19.
Berdasarkan survei yang dilakukan IHS Markit, hampir dua pertiga panelis mengharapkan kenaikan output selama 12 bulan ke depan. Optimisme terutama didasarkan pada harapan bahwa situasi COVID-19 akan membaik dalam beberapa bulan mendatang. (SKO)