Industri Tekstil Alami Ketergantungan Investor Asing, Ini Alasannya
- Yang terjadi invetasi asing dari China, Vietnam, Korea Selatan masih melihat Indonesia tempat usaha yang baik, namun domestik masih pesimis,
Makroekonomi
JAKARTA - Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kementerian Perindustrian Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, investasi pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih bergantung pada investasi asing.
Hal ini terlihat pada invetasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang kian meningkat di kuartal II-2024. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) justru kian terkoreksi di angka 10,41% hingga kuartal II-2024 untuk TPT. Sedangkan untuk PMA di angka 66,29%
"Yang terjadi invetasi asing dari China, Vietnam, Korea Selatan masih melihat Indonesia tempat usaha yang baik, namun domestik masih pesimis," katanya dalam acara diskusi INDEF "Industri Tekstil Menjerit, PHK melejit pada Kamis, 8 Agustus 2024.
- Ingin Kaya Instan jadi Penghambat Pertumbuhan Literasi Keuangan di RI
- Komunitas Get Plastic Ubah Sampah Plastik jadi Solar dan BBM
- Percepat Pembangunan IKN, Pemerintah Habiskan Rp9 M untuk 'Pawang Hujan Modern'
Alasannya menurut Adie, untuk China menanamkan modalnya di Indonesia untuk menghindari perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) berapa waktu lalu.
Selain itu Adie, karakteristik Kerja Indonesia diminati karena memiliki keahlian atau keluwesan tangan yang lebih dari kerja asing negara lain.
Adie mencontohkan misalnya di sektor tekstil pakaian dalam yang memproduksi pakaian dalam untuk print premium pekerja Indonesia dinilai mampu menyelesaikan jahitan khusus yang memerlukan skill lebih atau kelentikan jari. Sedangkan untuk pekerja Vietnam atau lainnya kurang memiliki kemampuan dalam hal tersebut.
Alasan lainnya perilaku bekerja di Indonesia dianggap tidak terlalu ribet dari kerja negara lain. Kata Adie selama hak-hak dasar pekerja di Indonesia dipenuhi dengan gaji yang sepadan maka investor akan terus menanamkan modalnya di Indonesia.
Sedangkan, untuk investor dalam negeri dengan nilai masih melakukan wait and see sembari melihat kondisi pasar dalam negeri yang masih naik turun atau terganggu ini. Adie justru penangkap sinyal pesimistis dari investor dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di industri tekstil ini.Hal inilah yang membuat PMA jauh naik daripada PMDN.
Kemenperin mengaku, kelontoran insentif sudah diberikan kepada industri namun koordinasi antar Kementerian terkait harus dilakukan untuk menyelaraskan ekosistem industri yang ada. Sehingga keputusan memberikan insentif ke beberapa industri saja, termasuk langkah untuk menyelaraskan ekosistem tersebut.
Adie tak menampik jika industri tekstil 60% mesin tidak dalam kondisi yang baik hal ini membuat industri tekstil kurang maksimal dalam melakukan produksi. Kemenperin telah mendorong para perusahaan untuk memperbarui mesinnya agar tidak ketinggalan dengan negara lain.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi kuartal II-2024 mencapai Rp428,4 triliun atau 22,5 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, realisasi investasi pada kuartal II-2024 didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) yang tercatat sebesar Rp217,3 triliun setara dengan 50,7% jika dilihat secara tahunan di angka 16,6%.
Sedangkan, realisasi investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat sebesar Rp211,1 triliun atau jumlah itu tercapai sebesar 49,3% jika secara tahunan 29,1% (year on year/YoY).
Adapun jika dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, pada kuartal I-2024 tercatat sebesar 677.623 orang. Bahlil menyebut jumlah tersebut di luar sektor keuangan dan hulu migas.
Bahlil menambahkan berdasarkan subsektor, realisasi investasi pada kuartal II-2024 peringkat pertama diduduki oleh sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatanya sebesar Rp74 triliun disusul pertambangan di angka Rp45,6 triliun. Urutan ketiga ada sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp41,3 triliun.
Keempat ada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran dengan capaian Rp33,5 triliun dan terakhir jasa lainnya diangkat Rp30,6 triliun.