Indika Milik Konglomerat Sudwikatmono Garap PLTS Berkapasitas 409 KWP di Kaltim
Anak perusahaan Indika Energy (INDY) PT Kideco Jaya Agung merampungkan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 409 Kilo Watt Peak (KWP) di Paser, Kalimantan Timur.
Industri
JAKARTA – Anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY) milik konglomerat Sudwikatmono, PT Kideco Jaya Agung merampungkan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 409 Kilo Watt Peak (KWP) di Paser, Kalimantan Timur.
Instalasi pembangkit ini membutuhkan solar panel atau fotovoltaik sebanyak 999 unit, serta dilengkapi dengan tiga inverter.
Adapun sistem operasional dibangun dengan model hybrid dan bisa digunakan secara on grid maupun off grid selama tujuh jam.
Direktur Utama INDY Arsjad Rasjid mengungkapkan dalam jangka panjang, PLTS ini diperkirakan dapat mengurangi konsumsi diesel sebanyak 45%. Dengan demikian, emisi gas rumah kaca dapat berkurang sekaligus menekan biaya produksi listrik.
“Pembangunan PLTS di Kideco ini merupakan wujud komitmen Indika Energy untuk menggunakan energi bersih di dalam operasionalnya,” mengutip keterangan tertulis, Senin, 12 April 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Ke depan, ia optimistis dapat membangun dan mengembangkan lebih banyak proyek PLTS lainnya. PLTS, lanjutnya, merupakan salah satu solusi pemanfaatan energi terbarukan dan ramah lingkungan untuk pengendalian iklim.
Pembangunan PLTS juga selaras dengan kebijakan nasional maupun internasional terkait dengan perjanjian Paris Agreement dalam upaya mengurangi emisi hingga 29% pada 2030.
Diketahui, pada Maret lalu INDY juga mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tenaga surya di Indonesia.
Kemitraan ini dibangun bersama Fourth Partner Energy dari India. Tujuan pendirian EMITS difokuskan untuk meningkatkan porsi pendapatan perseroan dari sektor nonbatu bara sebesar 50% pada 2025.
Kinerja INDY 2020
Sebagai informasi, sepanjang 2020 INDY mencatat rugi bersih US$103,45 juta atau setara Rp1,49 triliun (asumsi kurs Rp14.400 per dolar Amerika Serikat).
Angka ini berbanding terbalik dari capaian tahun sebelumnya, di mana perseroan membukukan laba bersih hingga US$4,99 juta atau sekitar Rp71,89 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), INDY mencatat pendapatan sebesar US$2,08 miliar pada tahun lalu atau anjlok 25,18% year-on-year (yoy) dari US$2,78 miliar pada 2019.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Padahal, beban pokok kontrak dan penjualan INDY mengalami penurunan sebesar 22,88% secara tahunan dari US$2,36 miliar menjadi US$1,82 miliar. Pos beban pajak finansial memberikan kontribusi penurunan terbesar dari US$19,69 juta pada 2019, menjadi hanya US$9,18 juta pada tahun lalu.
Di sisi lain, liabilitas lancar perseroan susut menjadi US$707,71 juta dari US$711,41 juta pada tahun 2019. Sedangkan, liabilitas tidak lancar naik dari secara tahunan dari US$1,86 miliar menjadi US$1,92 miliar pada tahun 2020.
Jika diakumulasi, total kewajiban INDY naik 2,33% yoy menjadi US$2,63 miliar pada akhir Desember 2020, dari tahun sebelumnya US$2,57 miliar. Adapun ekuitas perseroan menipis 17,07% yoy dari US$1,05 miliar menjadi hanya US$867,30 juta.
Sementara itu, perseroan sukses melakukan penghematan yang dibuktikan dengan peningkatan kas dan setara kas sebesar 14,52% yoy menjadi US$651,19 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$568,63 juta. Total aset pun menciut 3,59% yoy dari US$3,62 miliar menjadi US$3,49 miliar. (RCS)