Inflasi Amerika Serikat Membaik, Sinyal Masuk ke Aset Kripto?
- Pemulihan harga Bitcoin mulai terlihat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru Amerika Serikat akhir pekan lalu.
Fintech
JAKARTA – Pemulihan harga Bitcoin mulai terlihat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru Amerika Serikat akhir pekan lalu. Data menunjukkan penurunan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) bulan Mei menjadi 2,6% dari 2,7% pada April, sesuai dengan ekspektasi para ekonom.
PCE inti, yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi, naik hanya 0,1% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei, merupakan kenaikan terkecil sejak November 2023, didorong oleh penurunan harga barang dan sedikit kenaikan harga layanan di sektor jasa.
Bitcoin menunjukkan pemulihan dengan kenaikan hampir 6% setelah data inflasi dirilis, dari US$60.000 ke US$63.500 pada 1 dan 2 Juli, setelah sebelumnya mengalami penurunan selama beberapa pekan.
- Akuisisi Dua Aset BUMN Jalan Tol, Konglomerat Anthony Salim Habiskan Rp20 Triliun
- Saham PGAS Ngegas Terus, Sederet Sentimen Positif Ini jadi Bahan Bakarnya
- Saham Migas LQ45 dengan Kinerja Ngegas dalam 6 Bulan Terakhir
Pemulihan ini juga terjadi pada beberapa aset kripto lainnya, terutama yang berasal dari sektor infrastruktur seperti ENS, ZRO, TAIKO, serta meme coin seperti WIF, POPCAT, WEN, dan MOG.
Selain itu, aset kripto utama seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON) juga turut menguat. Saat artikel ini ditulis, Bitcoin terkoreksi dan berada di level US$60.900. Fahmi Almuttaqin, analis kripto dari Reku, menyatakan bahwa dinamika terbaru ini menyoroti pengaruh perkembangan ekonomi AS terhadap pasar kripto.
“Upaya The Fed untuk mencapai “soft landing” pada ekonomi pasca pelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Jika diibaratkan pertandingan sepak bola, saat ini seperti berada di menit ke 80 dan unggul tipis satu angka. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi,” kata Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Rabu, 3 Juli 2024.
Baca Juga: 7 Cara Mengenali Token Kripto yang Mengandung Scam dan Rug Pull
Fahmi mengatakan, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I AS naik 1,4%, dampak inflasi yang membaik terhadap pertumbuhan ekonomi masih berada pada tingkat yang normal.
Ini bisa menjadi faktor fundamental yang mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena adanya kontraksi ekonomi yang perlu segera diatasi, melainkan karena kondisi ekonomi secara umum telah membaik.
Menurut Fahmi, meskipun pasar merespons positif perkembangan ini, langkah The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni.
Dengan demikian, koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi. Namun, jika perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi pemulihan yang cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 68% pada bulan September.
Ia menambahkan, walaupun masih perlu menunggu perkembangan data lebih lanjut, membaiknya inflasi Amerika Serikat memberikan sinyal positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset kripto.
"Sinyal pelonggaran kebijakan ekonomi AS dapat berpotensi menarik minat investor untuk berinvestasi pada instrumen yang cenderung berisiko seperti kripto. Namun, dengan dinamika yang sangat tinggi di pasar kripto, investor perlu berhati-hati dan selalu membuat keputusan investasi dengan bijak,” jelas Fahmi.
- Saham TOWR Tetap Kuat Meski Starlink Hadir di Indonesia, Target Harga Segini
- Fantastis, Kupu-Kupu Ini Terbang Non-Stop Sejauh 4.200 Km Melintasi Samudera Atlantik
- Rugi Kimia Farma (KAEF) Capai Rp102 Miliar, Liabilitas Kuartal I-2024 Naik Tipis
Potensi Positif Altcoin
Dari sisi aset kripto, beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune saat ini mengindikasikan situasi strong buy untuk altcoin pada strength level yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ini menunjukkan masih besarnya potensi pada aset kripto alternatif selain Bitcoin dalam kondisi saat ini.
Namun, Fahmi mengingatkan bahwa altcoin cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin. Selain karena kapitalisasi pasar dan likuiditas Bitcoin yang lebih besar, popularitas altcoin juga tidak setinggi Bitcoin.
Namun, saat ini ada banyak altcoin yang memiliki potensi teknologi menjanjikan, yang bahkan jika kelak mencapai skala tertentu dapat memiliki nilai manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan Bitcoin.
"Periode awal pertumbuhan industri kripto, selayaknya pada industri lainnya, menawarkan banyak inovasi menarik yang berpotensi membentuk cara kerja baru di masa depan,” tutur Fahmi.
Di tengah potensi yang ada, Reku terus mengimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa. Investor bisa melakukan menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga bisa melakukan diversifikasi ke altcoin lainnya, yang mana Reku rutin menambah coin listing di setiap minggunya.
"Selain itu, investor juga lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Portfolio Analysis yang tersedia di Reku sehingga performa investasi secara periodik dan koin pun dapat dipantau secara real-time tanpa harus menghitung secara manual,” ujarnya.