Inflasi AS Turun dan Prospek Permintaan China Kembali Tumbuh, Harga Minyak Dunia Bisa Menguat Lagi
- Kedua faktor tersebut dikatakan Ibrahim dapat mendorong keyakinan akan perjalanan ekonomi yang lebih baik di athun 2023 dan merangsang permintaan minyak mentah tambahan.
Pasar Modal
JAKARTA - Harga minyak dunia bisa menguat lagi karena didukung oleh inflasi Amerika Serikat (AS) yang turun dan prospek permintaan China yang kembali tumbuh.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, minyak dunia menguat 1% pada perdagangan Kamis, 12 Januari 2023.
Data inflasi AS yang turun ke level 6,5% secara tahunan pada periode Desember 2022, menurun 7,1% pada periode November 2022.
Kemudian, pengimpor minyak utama China membuka kembali aktivitas ekonominya setelah berakhirnya pembatasan COVID-19 yang ketat dan kembali menumbuhkan optimisme bahwa permintaan bahan bakar akan kembali meningkat pada 2023.
- Ditarget Rampung 2023, Intip Fasilitas Kawasan Wisata Terintegrasi Sumatra Bakauheni Harbour City
- Raup Rp26,1 Triliun dalam Tiga Pekan, Avatar: The Way Of Water Kembalikan Masa Kejayaan Bioskop?
- Permintaan Bahan Bakar dari China Berpotensi Meningkat, Harga Minyak Dunia Berpeluang Menguat
Kedua faktor tersebut dikatakan Ibrahim dapat mendorong keyakinan akan perjalanan ekonomi yang lebih baik di athun 2023 dan merangsang permintaan minyak mentah tambahan.
Penurunan inflasi AS memicu ekspetasi bahwa bank sentral The Federal Reserve (The Fed) akan melambatkan kenaikan suku bunganya dan mengurangi kekhawatiran akan resesi sehingga permintaan komoditas pun berpotensi untuk kembali meningkat.
Pada perdagangan Kamis, 12 Januari 2023, harga minyak dunia diperdagangkan di level US$78,8 (Rp1,21 juta dalam asumsi kurs Rp15.366 per-dolar AS) perbarel.
Menurut Ibrahim, untuk perdagangan hari ini, Jumat, 13 Januari 2023, harga minyak berpotensi untuk menguat di rentang US$76,75 (Rp1,18 juta) - US$81,2 (Rp1,24 juta) perbarel.