Pedagang cabai bawang di sebuah pasar tradisional. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Inflasi Indeks Harga Konsumen RI Melambat, Ekonom: Tak Perlu Pengetatan Moneter Agresif

  • Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia melambat secara signifikan menjadi 4,3% yoy pada Maret 2023 dari 5% pada periode yang sama tahun lalu, level terendah dalam 11 bulan terakhir.

Nasional

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia melambat secara signifikan menjadi 4,3% yoy pada Maret 2023 dari 5% pada periode yang sama tahun lalu, level terendah dalam 11 bulan terakhir. Seluruh komponen masih mengalami perlambatan, baik inti, administered price, maupun volatile price

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan, kondisi inflasi di Indonesia secara keseluruhan terkendali, sehingga tidak diperlukan pengetatan moneter yang terlalu agresif seperti yang dilakukan oleh beberapa negara maju yang berpotensi menyebabkan resesi.

Inflasi IHK terus menunjukkan tren penurunan, namun Rully optimistis akan kembali ke kisaran target di bawah 4% yoy, dalam beberapa bulan ke depan. Kendati begitu, ia menilai ketidakpastian kondisi cuaca masih menjadi salah satu tantangan utama dalam menghadapi inflasi. 

“Tahun ini diprediksi akan terjadi perubahan iklim, di mana La Nina diperkirakan akan berakhir dan akan beralih ke El Nino yang kemungkinan akan terjadi pada bulan Agustus,” paparnya kepada wartawan, Rabu, 3 Mei 2023.

Oleh karena itu, Rully memandang bahwa pemerintah perlu mengantisipasi sejak dini, dengan mempertimbangkan semua kebijakan yang harus diambil untuk memastikan produksi dan distribusi pangan yang memadai. 

“Seiring dengan meredanya tekanan inflasi domestik, kejelasan terminal rate The Fed akan memainkan peran penting dalam BI rate ke depan.”

Rully menilai Bank Indonesia (BI) ingin melakukan pelonggaran moneter untuk mendorong perekonomian domestik. “Kami memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga kebijakan 25 bps pada pertemuan minggu ini untuk terakhir kalinya dalam siklus pengetatan moneter saat ini.”