Pedagang melayani calon pembeli di kios pasar tradisional di Jakarta, Selasa, 21 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

Inflasi Indonesia 2023 Diprediksi Bisa Turun hingga 3 Persen, Ini Syaratnya

  • Bank Mandiri optimistis inflasi tahunan akan terus menurun dan berada dalam kisaran 2% sampai 4% pada paruh kedua 2023.

Makroekonomi

Laila Ramdhini

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memprediksi inflasi Indonesia tahun 2023 bisa mencapai 3,60%. Meski demikian, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan inflasi Indonesia memiliki potensi untuk turun hingga 3% pada akhir tahun ini.

Faisal tetap optimistis inflasi tahunan akan terus menurun dan berada dalam kisaran 2% sampai 4% pada paruh kedua 2023.

Optimisme tersebut didasarkan pada kondisi harga pangan yang terkendali dan efek dasar yang tinggi dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun lalu.

“Kami melihat adanya kemungkinan inflasi akan mencapai sekitar 3 persen pada akhir 2023 jika pemerintah secara efektif berhasil mengelola harga dan pasokan pangan,” kata Faisal di Jakarta, Senin, 31 Juli 2023.

Untuk inflasi tahunan Juli 2023, Faisal memproyeksikan Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap melanjutkan tren penurunan dari 3,52% year-on-year (yoy) pada Juni 2023 menjadi 3,08% yoy.

Penurunan tersebut disebabkan oleh high-base effect dari inflasi yang lebih tinggi pada Juli 2022 yang didorong kenaikan harga bahan bakar non-subsidi, harga LPG non-subsidi, dan tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga di atas 3.500 VA.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan terus menurun dari 2,58% yoy pada Juni 2023 menjadi 2,50% pada Juli. Menurut Faisal, penurunan tersebut lebih dipengaruhi oleh inflasi inti makanan daripada melemahnya permintaan.

“Harga pangan dan biaya input dari sisi penawaran telah berada dalam tren penurunan. Kami melihat bahwa permintaan tetap kuat, didukung oleh mobilitas masyarakat yang membaik,” jelas Faisal.

Adapun untuk inflasi bulanan, Faisal memprediksi terjadi sedikit peningkatan karena faktor musiman tahun ajaran baru, yakni menjadi 0,21% month-to-month (mtm) pada Juli dari 0,14% mtm pada Juni.

Kendati demikian, inflasi year-to-date (ytd) pada Juli 2023 diprediksi sebesar 1,45%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan 3,85% pada periode Januari hingga Juli 2022.

“Namun, kami menyadari bahwa El Nino dan cuaca ekstrem menghadirkan dua tantangan, dan dampaknya terhadap inflasi bahan makanan perlu diantisipasi dengan cermat,” ujar Faisal.

Instrumen Pengendali Inflasi

Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah menggunakan semua instrumen kebijakan untuk menjaga laju inflasi agar dapat terkendali dengan baik.

Sri menyebut Kemenkeu telah menggunakan hampir semua sisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk menjaga rakyat dan perekonomian dari gempuran inflasi.

Misalnya, pemerintah menggunakan anggaran subsidi dan kompensasi untuk listrik, bahkan di tingkat 1200 Volt Ampere (VA) dan 3000 VA. 

“Di bawah itu semuanya (1200 VA dan 3000 VA) adalah mendapatkan subsidi sangat besar, sehingga kita mengeluarkan lebih dari Rp57 triliun untuk subsidi listrik,” katanya.

Kendati harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sempat mengalami kenaikan, lanjut dia, pemerintah tidak pernah menaikkan harga listrik. “Kenaikan harga BBM juga masih jauh di bawah harga market,” ujar Sri Mulyani.

Kemudian, pemerintah menganggarkan ketahanan pangan untuk meningkatkan sisi suplai. Pemerintah juga mengucurkan anggaran pembangunan infrastruktur untuk perbaikan jalan raya, pelabuhan, guna memperbaiki biaya logistik.

“Ini semuanya adalah dukungan APBN untuk pengendalian inflasi, baik itu masalah suplainya, masalah harganya, maupun dari masalah distribusi. Kemudian,juga belanja kementerian dan lembaga seperti Menteri Pertanian, untuk sarana-prasarana dan juga bibit serta berbagai belanja," ujar Sri.

Sri melanjutkan, pemanfaatan APBN digunakan juga untuk cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan hingga perbaikan infrastruktur antar wilayah sehingga meminimalisir perbedaan ekstrim harga antar wilayah.