<p>Pedagang mengenakan face shield dan sarung tangan menata barang dagangannya di los sayuran Pasar Senen, Jakarta, 1 Juni 2020. Kementerian Perdagangan menyiapkan pedoman bagi penyelenggara kegiatan perdagangan untuk diterapkan pada saat kenormalan baru (new normal). Saat era new normal, para pedagang di pasar rakyat diwajibkan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan selama beraktivitas. Selain itu, kegiatan pasar juga hanya diperbolehkan pada pukul 06.00 hingga 11.00. Para pedagang yang diperbolehkan berjualan adalah mereka yang memiliki suhu tubuh di bawah 37,3 derajat celcius. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Inflasi Mei 0,07%, Lebaran Tak Mampu Kerek Daya Beli

  • Dengan demikian, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Mei 2020 sebesar 0,90% dan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 2,19%.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07% atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena turunnya permintaan masyarakat pada perayaan Idulfitri.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan angka inflasi pada Lebaran kali ini tidak seperti biasa lantaran tertekan adanya pandemi COVID-19.

“Inflasi Mei ini kecil sekali, sangat jauh dibandingkan inflasi pada Idulfitri tahun lalu, pada Juni sebesar 0,55%,” kata Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa, 2 Juni 2020.

Dengan demikian, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Mei 2020 sebesar 0,90% dan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 2,19%.

Menurut data BPS, kenaikan tarif angkutan udara telah memicu terjadinya inflasi tipis sebesar 0,07% pada Mei 2020.

“Kelompok transportasi memberikan andil paling besar pada Mei 2020, terutama tarif angkutan udara,” kata dia.

Suhariyanto mengatakan tarif angkutan udara memberikan andil inflasi 0,08% meski pemerintah sudah mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan mudik.

“Kenaikan tarif udara ini terjadi di 39 kota, misalnya di Gunung Sitoli yang naik hingga 38%,” katanya.

Ia menambahkan kenaikan harga angkutan juga terjadi di tarif kereta api yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,02% pada Mei 2020.

Dalam periode ini inflasi tipis juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan pokok yang terjadi menjelang perayaan Idulfitri.

Komoditas yang menyumbang inflasi adalah bawang merah dengan andil 0,06%, daging ayam ras 0,03%, serta daging sapi dan rokok kretek filter masing-masing 0,01%.

Meski demikian terdapat bahan pangan yang mengalami penurunan harga dan menyebabkan deflasi yaitu cabai merah dengan andil 0,07% dan telur ayam ras 0,06%.

Komoditas lainnya adalah bawang putih yang tercatat deflasi 0,05%, cabai rawit 0,03%, serta bawang bombay dan gula pasir masing-masing 0,01%.

Secara keseluruhan kelompok transportasi merupakan penyumbang inflasi terbesar dalam periode ini yaitu 0,87% diikuti kelompok kesehatan 0,27%.

Sedangkan pasokan yang terjaga menyebabkan kelompok makanan, minuman dan tembakau menyumbang deflasi tinggi 0,32% pada Mei 2020.

Sementara itu, dari 90 kota IHK, sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan hanya 23 kota yang menyumbang deflasi pada Mei 2020.

Inflasi tertinggi terjadi di Tanjungpandan 1,20% dan inflasi terendah terjadi di Tanjungpinang, Bogor dan Madiun masing-masing 0,01%.

“Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Luwuk 0,39% dan deflasi terendah terjadi di Manado 0,01%,” kata Suhariyanto. (SKO)