Inflasi Thailand Diprediksi Meningkat Bertahap hingga 3 Persen
- Inflasi Thailand diperkirakan akan meningkat secara bertahap hingga dalam kisaran target 1% hingga 3%. Suku bunga diperkirakan akan rendah hingga awal tahun depan karena subsidi pemerintah, tetapi tidak mencerminkan deflasi.
Dunia
JAKARTA - Inflasi Thailand diperkirakan akan meningkat secara bertahap hingga dalam kisaran target 1% hingga 3%. Suku bunga diperkirakan akan rendah hingga awal tahun depan karena subsidi pemerintah, tetapi tidak mencerminkan deflasi.
Hal itu disampaikan Bank of Thailand (BOT) pada Rabu, 13 Desember 2023. Bank sentral menambahkan, harapan inflasi dalam jangka pendek dan panjang tetap terkendali dengan baik. Bank of Thailand memproyeksikan inflasi utama sebesar 1,3% tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,6%.
Sementara inflasi tahun 2024 diperkirakan mencapai 2,0%, tanpa memperhitungkan dampak pengeluaran dompet digital, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 2,6%. BOT menargetkan inflasi utama dalam kisaran 1% hingga 3%.
- Habis Rights Issue, Bank BTPN Siap Akuisisi 2 Perusahaan Ini
- Belot ke China, Pilot Taiwan Niat Curi Heli Chinook
- Pegipegi Tutup Bisnis, Bagaimana Nasib Pelanggan?
Indeks Harga Konsumen utama (CPI) mengalami penurunan sebesar 0,44% pada bulan November, meskipun CPI inti mengalami kenaikan sebesar 0,58% selama bulan tersebut. Data BOT menunjukkan inflasi utama pada bulan Oktober dan November seharusnya mencapai +0,9% dan +0,7%, berturut-turut, jika tidak ada subsidi pemerintah.
Pemerintah telah memangkas harga energi dan listrik untuk meringankan biaya hidup. Meskipun pemulihan ekonomi negara masih utuh, hambatan struktural dapat membatasi dampak positif ekonomi global terhadap ekspor, dan kualitas kredit harus dipantau.
Hal itu seperti terungkap dalam catatan pertemuan kebijakan moneter BOT pada 29 November. Dilansir dari Reuters, Rabu, 13 Desember 2023, BOT mengatakan kondisi keuangan telah diperketat dan memantau kualitas kredit usaha kecil dan rumah tangga.
Pada pertemuan tersebut, komite kebijakan moneter dengan suara bulat memilih untuk mempertahankan suku bunga pembelian kembali satu hari (THCBIR=ECI) tidak berubah pada 2,50%, tertinggi dalam satu dekade, setelah menaikkannya sebesar 200 basis poin sejak Agustus tahun lalu untuk mengekang inflasi.
Komite mengatakan tingkat kebijakan itu sesuai untuk pertumbuhan jangka panjang, tetapi melihat urgensi dalam memberikan dorongan bagi perekonomian, termasuk investasi infrastruktur dan program peningkatan keterampilan tenaga kerja.
Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara tumbuh jauh di bawah perkiraan, sebesar 1,5% pada kuartal Juli-September dibandingkan dengan tahun sebelumnya, merupakan laju pertumbuhan terendah tahun ini. Hal ini disebabkan oleh ekspor yang lemah dan pengeluaran pemerintah.
- Telkomsel dan ITB Kembangkan Inovasi Pemanfaatan Teknologi 5G
- Harita Nickel Suntik Modal Tambang Nikel di Halmahera Rp500 Miliar
- Berkat Intensif PPN, KPR Rumah Naik 12,61 Persen
Perdana Menteri Srettha Thavisin mengatakan ekonomi sedang dalam krisis. Bank sentral akan meninjau kembali tingkat kebijakan pada 7 Februari, di mana sebagian besar ekonom memperkirakan tidak akan ada perubahan kebijakan.