Inflasi Turki Tembus di Atas 80 Persen, Tertinggi Sejak 1998
- Turki mencatat inflasi pada Agustus 2022 mencetak rekor baru hingga 80,21% secara year-on-year (yoy).
Nasional
JAKARTA - Turki mencatat inflasi pada Agustus 2022 mencetak rekor baru hingga 80,21% secara year-on-year (yoy).
Melansir Reuters, Jakarta, 6 September 2022, inflasi Turki ini menjadi tertinggi sejak Agustus 1998 yang sebesar 81,4%. Di mana saat itu Turki juga sedang bertarung dengan tekanan inflasi yang tinggi.
Walaupun begitu, inflasi Turki pada Agustus 2022 lebih rendah daripada proyeksi para ekonom yang sebesar 81,2 persen.
- Cek Program-Program ESG dari Tjiwi Kimia (TKIM) untuk Upayakan Bisnis Berkelanjutan
- Daftar Harga Jual BBM Paling Murah hingga Termahal, Ada Vivo juga Shell
- BBM Naik, Sri Mulyani Sebut Subsidi Masih Bengkak hingga Rp649 Triliun
Secara month-to-month, harga barang konsumen naik 1,46%. Besaran tersebut di bawah ekspektasi di 2%. Sementara itu, indeks harga produsen domestik naik 2,41% mtm pada Agustus 2022.
Inflasi tahunan tertinggi terlihat dari sektor transportasi yang harganya naik hingga 116,87% yoy. Selain itu, sektor makanan dan minuman harganya naik 90,25%.
Inflasi Turki pada Agustus 2022 ini disebabkan jatuhnya nilai mata uang negara tersebut, Lira. Ditambah lagi, bank sentral Turki terus memangkas suku bunga acuan sebesar 500 basis poin ke 14%.
Keputusan tersebut dinilai tidak lazim. Di tengah ekspektasi inflasi tinggi, Bank Sentral menurunkan suku bunganya lagi 100 bps pada bulan lalu menjadi 13%.
Jika melihat 5 tahun lalu, nilai kurs Lira mencapai 3,5 Lira per US$. Sekarang, nilainya 18 Lira per US$.
Penurunan dimulai ketika ekonomi Turki tumbuh pesat tetapi bank ssentralnya menolak menaikkan suku bunga untuk meredam kenaikkan inflasi.
- Antam Cetak Laba Bersih Rp1,53 Triliun, Naik 32 Persen pada Semester I-2022
- Bumi Resources (BUMI) Kembali Konversi OWK Rp304,44 Miliar, Sahamnya Sempat Melonjak 25 Persen
- Aliran Dana Asing Makin Deras, IHSG Menghijau hingga Agustus 2022
- OJK: Penyaluran Kredit Perbankan Juli 2022 Turun Jadi Rp6.159 Triliun
Selain itu tekanan juga terjadi pada defisit transaksi berjalan yang memburuk, menyusutnya cadangan devisa dan meningkatnya biaya energi. Apalagi saat ini adanya pertengkaran sesekali dengan AS yang hampir mengakibatkan sanksi terhadap Turki.
Selain itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak masukan para ekonom yang meminta menaikkan suku bunga acuan bank sentral. Bahkan, investor pun disalahkan karena membatasi independensi bank sentral.