Tarif baru jalan tol Jakarta-Cikupa akan diberlakukan setelah perayaan Natal yakni 26 Deember 2021 Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Infrastruktur Jokowi Mulai Terbukti

  • Pembangunan infrastruktur yang digadang-gadang oleh Presiden Joko Widodo mulai menunjukkan bukti di sektor investasi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi pada kuartal I-2020 sebesar Rp49,3 triliun.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

Pembangunan infrastruktur yang digadang-gadang oleh Presiden Joko Widodo mulai menunjukkan bukti di sektor investasi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi pada kuartal I-2020 sebesar Rp49,3 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan sektor tersebut menduduki peringkat pertama karena cakupan nilainya mencapai 23,4% dari total realisasi investasi sebesar Rp210,7 triliun.

“Sektor ini mampu mempertahankan peringkat pertama dari tahun sebelumnya. Nilai investasi tahun lalu juga tertinggi, yakni sebesar Rp139 triliun atau 17,2% dari total realisasi investasi tahun 2019,” ujarnya dalam siaran tertulis di Jakarta, Senin, 27 April 2020.

Pada triwulan I-2020, sektor lain yang menyusul di urutan selanjutnya, yakni industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp24,5 triliun; listrik, gas dan air sebesar Rp18 triliun; perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp17,8 triliun, serta tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan sebesar Rp17,2 triliun.

Menurut Bahlil, investasi di sektor tersebut sejalan dengan salah satu program Presiden Jokowi, yakni transformasi ekonomi yang berbasis nilai tambah.

“Besarnya realisasi di sektor ini merupakan tanda bahwa hilirisasi industri sudah berjalan,” terangnya.

Ia memaparkan, sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi mulai masuk ke peringkat lima tertinggi sejak tahun 2017. Investasi tersebut menandakan pembangunan infrastruktur mulai berjalan, salah satunya pembangunan jalan tol.

Data yang dihimpun oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Peumahan Rakyat (PUPR), jalan tol yang telah dibangun sudah sepanjang 1.144,07 kilometer (km).

Lima yang beroperasi sepanjang tahun 2014-2019, yakni jalan tol Surabaya-Gempol, jalan tol Semarang-Solo, jalan tol Surabaya-Mojokerto, jalan tol Bogor Ring Road Seksi I, IIA dan IIB, serta jalan tol Kertosono-Mojokerto Seksi I, II dan III.

Genjot Usai Pandemi

Sementara itu, Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pemerintah harus menggenjot realisasi investasi langsung sebagai salah satu solusi mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke jalurnya jika pandemi COVID-19 usai.

Enny mengatakan realisasi investasi langsung, terutama di sektor manufaktur dalam beberapa tahun terakhir sangat minim. Padahal, investasi di industri tersebut sangat besar manfaatnya bagi perekonomian.

“Selain menciptakan berbagai produk substitusi impor, sektor manufaktur sangat besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja. Investasi di sektor manufaktur inilah yang selama ini diabaikan padahal sangat dibutuhkan bagi perekonomian,” ujar Enny dalam keterangan terpisah.

Realisasi investasi langsung diharapkan dapat menjadi solusi atas peliknya dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan jutaan buruh terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Menurutnya, pemerintah harus jeli memanfaatkan momentum rencana sejumlah negara merelokasi investasinya keluar dari China ke negara-negara ASEAN akibat pandemi COVID-19.

Enny mengatakan kemunculan pandemi COVID-19 telah menyadarkan banyak pihak akan tingginya risiko bila menempatkan investasi terpusat di satu negara saja.

Meskipun sebagian pihak berpendapat rantai pasokan global menjadi lebih efisien, namun menempatkan investasi di satu negara akan mengakibatkan ketergantungan yang luar biasa.

“Itu sebabnya Jepang sudah memutuskan akan merelokasi investasi beberapa industri di China,” tambah Enny.

Relokasi investasi, lanjut dia, akan menjadi kecenderungan global. Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia agar tidak kehilangan momentum. Terlebih, dalam dua tahun terakhir, penanaman modal asing terus turun.

Rantai pasokan global yang terpusat di China dalam beberapa tahun terakhir telah mengakibatkan industri manufaktur kita terseok-seok karena kalah bersaing.

Enny juga menyampaikan bahwa selama ini komitmen investasi sebetulnya terus berdatangan. Namun, komitmen investasi tidak serta merta terealisasi karena kerap menghadapi berbagai hambatan, seperti tidak adanya kepastian berusaha dan kurang memadainya infrastruktur penunjang.

Oleh karena itu, pemerintah selayaknya harus bisa memberikan kepastian usaha terhadap investor melalui regulasi yang mendukung.

Enny menuturkan investor selalu menginginkan kepastian secara terperinci sejak awal. Pemerintah juga perlu melakukan pendekatan kepada investor untuk mengetahui kebutuhan mereka. Pendekatan seperti itu akan jauh lebih efektif untuk mencapai titik temu. Selain soal kepastian berusaha, persoalan lain yang menjadi kekhawatiran investor adalah infrastruktur.

“Pemerintah harus menyiapkan infrastruktur yang memadai, seperti kawasan industri yang mampu menekan harga energi dan menyediakan konektivitas logistik yang efisien,” kata Enny.

Realisasi investasi sepanjang tahun ini sendiri diperkirakan tidak mencapai target akibat pandemi COVID-19. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini realisasi investasi di Indonesia dinyatakan masih tumbuh positif. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sebesar Rp 210,7 triliun sepanjang kuartal I-2020 bersumber dari penananaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Jumlah tersebut setara dengan 23,8% dari total target investasi tahun 2020 sebesar Rp886,1 triliun. (SKO)