Inggris Terjun dalam Dialog Solusi 2 Negara di Israel dan Palestina
- Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly akan melakukan perjalanan ke Israel dan Palestina pekan ini. Upaya itu untuk mendorong dialog mengenai solusi dua negara dihidupkan kembali.
Dunia
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly akan melakukan perjalanan ke Israel dan Palestina pekan ini. Upaya itu untuk mendorong dialog mengenai solusi dua negara dihidupkan kembali. Inggris juga berkomitmen mengatasi ancaman terhadap keamanan regional, termasuk dari Iran.
Dalam kunjungan yang dimulai pada Senin 11 September 2023, Cleverly akan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh.
Dalam pidatonya di sebuah konferensi keamanan internasional, Cleverly akan membahas tantangan keamanan yang dihadapi Israel dan Palestina, serta pentingnya solusi dua negara.
Ia tak segan menuduh Iran sebagai “penyokong terorisme” melalui dukungannya terhadap kelompok militan Hamas dan Jihad Islam Palestina. “Inggris dan Israel bekerja sama erat untuk menjaga keamanan rakyat kita,” kata Cleverly menjelang perjalanannya.
- Dua Kunci Utama Meeting yang Efektif
- Anak Butuh Setidaknya Satu Sahabat, Ini Penjelasannya
- Waduh! Pendiri Google DeepMind Peringatkan AI Dapat Bantu Hasilkan Virus Sintetik Pemicu Pandemi
Dia berjanji untuk memperbarui kemitraan keamanan kami yang erat, dalam menghadapi ancaman yang tidak dapat diterima dari rezim Iran. Cleverly akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen dan menghadiri demonstrasi sistem pertahanan rudal “Iron Dome” Israel.
Selama kunjungan ke Palestina, Cleverly akan mengunjungi kamp pengungsi Jalazone di Tepi Barat untuk melihat kondisi para pengungsi Palestina. Kekerasan di Tepi Barat telah memburuk selama setahun terakhir dengan seringnya serangan Israel dan serangan jalanan oleh warga Palestina.
Prospek untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian yang ditengahi AS yang bertujuan untuk membentuk negara Palestina di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur tetap rendah hampir satu dekade setelah keruntuhannya.
Masyarakat Palestina memiliki otonomi terbatas di Tepi Barat dan tetap terbagi antara pemerintahan yang didukung oleh negara-negara Barat dan kelompok Islam Hamas bersenjata yang menolak hidup berdampingan dengan Israel. Banyak di dalam pemerintahan Israel saat ini yang menolak penciptaan negara Palestina.