Korporasi

Ingin Jadi Jawara Inklusi Finansial ASEAN, Ini Strategi Digital Banking BRI

  • Bank BRI berambisi menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion pada 2025.
Korporasi
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menegaskan digital banking menjadi bagian penting dalam mewujudkan visinya sebagai The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion pada 2025.

Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan perjalanan transformasi digital di BRI sudah dijalankan sejak 2017. Strategi dilakukan melalui kombinasi dua pendekatan, yakni bimodal untuk mengembangkan core product banking, dan strategi eksplorasi untuk menjangkau segmen baru.

Pada strategi pertama bimodal, berbagai inovasi digital banking pun dilakukan, termasuk peluncuran aplikasi digital banking BRI, yakni BRImo. Kemudian, untuk inovasi KUR, pada September 2021 BRI meluncurkan TebuChain, platform solusi supply chain untuk ekosistem tebu dan gula, melalui piloting kerja sama dengan PTPN XI.

“Kami terus termotivasi untuk mengembangkan produk digital baru,” kata Indra Utoyo dalam keterangan resmi, seperti dikutip Kamis, 13 Januari 2022.

Pada November 2021, BRI juga meluncurkan BRIBRAIN Webview, sebuah tools berbasis AI/ML yang membantu tenaga pemasar dalam mengakuisisi nasabah melalui recommender system. Tools ini terintegrasi dengan tenaga pemasar, seperti BRISPOT.

Selain itu, BRI juga meluncurkan SenyuM Mobile 2.0 yang merupakan aplikasi cross-selling untuk tenaga pemasar holding utramikro (BRI, PNM, Pegadaian).

Kemudian, BRI juga meluncurkan BRIAPI. BRIAPI berhasil mencatatkan sales volume mencapai Rp174,5 triliun, atau bertumbuh 305,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, triple digit growth ini juga dicapai oleh BRIAPI dalam jumlah transaksi dan fee-based income (FBI).

Hingga kuartal IV-2021, setidaknya ada lebih dari 226 juta transaksi melalui BRIAPI. Jumlah ini melonjak 156,8% dari periode yang sama di tahun sebelumnya, dan menghasilkan Rp45,6 miliar fee-based income