Ini Alasan Freeport Batalkan Rencana Kerja Sama dengan Tsingshan Steel
- JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) membatalkan rencana kerja sama pembangunan smelter dengan perusahaan asal China, Tsingshan Steel. Seperti diketahui
Korporasi
JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) membatalkan rencana kerja sama pembangunan smelter dengan perusahaan asal China, Tsingshan Steel. Seperti diketahui, smelter copper direncanakan bakal dibangun di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Awalnya, 92,5% biaya dari total proyek akan dibiayai oleh Tsingshan, sedangkan Freeport hanya akan mendanai sebesar 7,5% dari total kebutuhan investasi. Namun, negosiasi yang melibatkan prediksi investasi mencapai US$2,5 miliar tersebut batal.
Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama menyebut, kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan dalam perundingan kerja sama.“Freeport Indonesia dan Tsingshan Steel tidak mencapai kesepakatan,” mengutip Reuters, Jumat, 16 Juli 2021.
- Serap Rp1,21 Triliun Dana Hasil IPO, BSI Fokus Salurkan Pembiayaan dan Pengembangan IT
- Holding BUMN Bidang Kesehatan Genjot Investasi untuk Ekspansi Bisnis
- Raup Rp8,36 Triliun dari Rights Issue, Ini Fokus Belanja Bank Jago
Terkait hal ini, Freeport justru memilih opsi untuk membangun smelter tembaga di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur. Menurutnya, fasilitas listrik dan pengolahan limbah di lokasi tersebut lebih baik.
Sementara itu, pada tahun ini Freeport telah menargetkan produksi bijih tembaga tahun ini mencapai 1,4 miliar pon. Kemudian untuk produksi biji emas kurang lebih sebanyak 1,4 juta ons.
Kedua target tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target tahun lalu yang masing-masing sebanyak 800 juta pon dan 800.000 ons. Rencana ini dilakukan seiring dengan adanya ekspansi produksi tambang bawah tanah atau underground.
Sebagai informasi, Freeport telah dikenal sebagai salah satu penambang deposit tembaga dan emas terbesar di dunia. Melalui operasional kawasan mineral Grasberg di Papua, kapasitas produksi tambang di sana mencapai 367 kton.
Tambang emas ini juga memiliki nama julukan Big Gossan dan Kucing Liar. Wilayah tambang Grasberg setidaknya telah memproduksi emas sebanyak 2,69 juta ons atau 178.000 ton per hari pada 2018.
Bahkan, saat ini pemerintah Indonesia tengah melakukan ekspansi besar-besaran untuk meningkatkan produksi menjadi 240.000 ton per hari pada 2022.